Selasa, 31 Januari 2012

Confirmasi Lawson. Case Closed!


Kemaren, Senin 30/1 pagi ada kemajuan signifikan atas penyelesaian kasus saya dengan Lawson. Saya diconfirmasi oleh Lawson Meruya, Bpk Henry mengenai pengembalian uang saya dalam bentuk tunai dan bisa saya ambil di Lawson secepatnya saya bisa. Buat saya keputusan ini agak telat tapi tetap sangat saya hargai. Henry juga sudah meminta maaf atas ketidaknyamanan yang saya alami selama kejadian ini. 


Tidak berselang lama saya kembali ditelp oleh pihak Lawson yang katanya adalah Manger areanya – saya lupa catat namanya. Ungkapan senada juga dilontarkan sebagai permintaan maaf atas kejadian double debit di Lawson. Dengan Bpk yang satu ini saya lebih kepada sharing karena sebenarnya permasalahan sudah diatasi dan saya juga kan sudah janjian dengan pihak Lawson Meruya untuk sorenya saya ambil uang saya tunai di toko mereka.  
So, terima kasih tanggapan yang telah diberikan pihak Lawson atas kejadian ini dan semoga menjadi pelajaran berharga buat kita bersama agar kedepannya, baik saya sebagai konsumen maupun pihak Lawson sebagai penjual sama-sama senang, tanpa harus ada saling merasa dirugikan satu sama lain.

Sebelumnya, hari Sabtu (28/1) saat saya ketemu pihak Lawson-Bpk Firman, sebenarnya saya kembali mendapati jalan buntu. Namun saya tidak ingin berhenti sampai disitu dengan ketidakpuasaan yang saya bawa pulang. Saya masuk ke twitter Lawson @lawsonIndonesia dan Fb Lawson @lawsonstationIndonesia dan sesuai balasan saya diminta mengirimkan email ke pihak Lawson di lawsonindonesia@yahoo.com

Sayapun mengirimkan email singkat ke mereka dan minta mereka membaca kronologisnya di blog ini. Sebetulnya cape ya kalau harus ngomong panjang lebar lagi. Jadi mendingan baca deh sendiri gimana kejadiannya. Alhamdulillah mendapat tanggapan positif. 

Senin (30/1) malam saya menuju Lawson Meruya dan bertemu langsung dengan Bpk Rei – Kepala toko didampingi dengan (kalau saya tidak salah), Bpk Yuda – Manager Area Lawson Meruya untuk menyelesaikan serah terima pengembalian uang saya. Saya menerima penjelasan dari pihak Lawson mengenai miskomunikasi yang terjadi di internal mereka dan saya dapat memaklumi hal tersebut. Sekali lagi terima kasih atas penyelesaian dan komitment yang telah di tunjukan oleh pihak Lawson terhadap konsumennya. Semoga menjadi pelajaran berharga buat kita semua terutama saya dan pihak Lawson. So, CASE CLOSED.



Sabtu, 28 Januari 2012

Anak dan Kertas Putih


Membuka tahun 2012 sekaligus tahun baru China 2563 bagi semua orang haruslah dengan sesuatu positif agar ditahun akan datang membawa berkah dan keselamatan serta kesejahteraan namun tidak nampaknya dengan yang dilakukan oleh seorang perempuan berusia 29 tahun Afriyani. Nama ini sangat populer dalam seminggu terakhir dan menjadi buah bibir disemua media. Bagaimana tidak, perempuan ini ditenggarai sehabis menggelar pesta miras dan narkotik disebuah Hotel ternama pada Sabtu Malam (23/1) di Jakarta sehingga tidak mampu mengemudikan mobil yang dikendarainya hingga menabrak segerombolan pejalan kaki di daerah Tugu Tani Menteng yang mengakibatkan 9 orang tewas seketika dan beberapa orang terluka parah dan dalam kondisi kritis. Berbagai kecaman berdatangan dari banyak pihak dikarenakan apa yang terjadi dianggap bukan semata-mata musibah karena kelalaian dalam mengendarai mobil namun lebih kepada pengguna yang mengkonsumsi miras dan narkoba hingga merugikan dan mendatangkan kesedihan mendalam bagi keluarga korban.
Setiap hal yang terjadi baik pada diri kita ataupun pada lingkungan sekitar kita baik yang positif maupun negatif harus mampu kita ambil hikmahnya. Belajar dari pengalaman akan menjadi guru terbaik bagi kita menjalani kehidupan. Jadi apa hikmah yang dapat kita tarik dari kejadian luar biasa ini?. Buat saya sebagai orang tua tentunya berfikir bagaimana menjaga anak-anak dan keluarga saya yang beranjak dewasa dalam menjalani kehidupan di Jakarta yang dekat dengan dunia hitam. Satu-satunya yang harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak adalah pendidikan agama. Saya percaya tidak ada satupun agama yang mengajarkan hal buruk. Dengan memberikan pondasi kokoh yaitu berupa keimanan kepada anak akan menjadi bekal mereka hingga hari tua.

Saya sadar kita sebagai orang tua tidak akan pernah bisa membelenggu anak-anak kita dalam lingkungan pergaulan yang kita inginkan dan kita anggap paling benar. Mereka sendirilah yang bisa menjaga diri mereka sendiri dengan berbekal pengetahuan terhadap keimanan kepada Tuhan. Takut kepada Tuhan dan dosa-dosa atas hal buruk apa yang mereka mungkin lakukan. Yang bisa kita lakukan sejak dini adalah menggoreskan tinta keimanan dikertas putih sampai berbekas hingga mereka dewasa. Ini adalah bekal terbaik yang bisa kita berikan untuk mereka dalam menjalani kehidupan. Itu sebabnya saya merasa bangga anak saya memulai pendidikan di sekolah Al Falah, sekolah berbasis Islami, dengan harapan anak-anak saya kelak cukup bekal dalam menghadapi tantang hidup dimasa mendatang. Amin ya Allah....

Tentang Design dan Melukis

Terkadang sesuatu datang begitu saja untuk dituangkan dalam sebuah tulisan. Ia bisa datang saat tiba-tiba kita terbangun di tengah malam, saat menikmati liburan, saat bersama keluarga, saat dikeramaian, bahkan disaat ditempat paling private sekalipun....#tahu kan maksud saya dimana hahaha.....Setidaknya itulah yang terjadi dengan saya.
Tiba-tiba saja saya terbangun, mungkin karena tidur terlalu cepat dari jam biasanya. Katanya tubuh memiliki body timer, jam biologis yang secara tidak sadar membuat kita mengantuk saat kelelahan, membuat kita terbangun setelah sekian jam tidur. Setiap orang mempunyai kebiasaan berbeda untuk melaksanakan ritual tidur dan biasanya (bagi mereka yang tentu saja memiliki rutinas kerja mirip dengan saya sebagai seorang pekerja kantoran) akan terbangun pada pagi hari sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Tubuh kita seakan mampu mengukur berapa jam yang kita perlukan untuk tidur sehinga jika sudah terpenuhi maka tubuh akan secara otomatis terjaga.
Saya ingin bercerita tentang sebuah penemuan ‘Something New’. Sebenarnya pemikiran ini sudah lama muncul namun saya belum sempat meluangkan waktu untuk mengkajinya lebih jauh. Berfikir apa sebenarnya yang mungkin terjadi. Namun pertanyaan itu terus saja muncul. Sejak saya kembali menikmati dunia pendidikan beberapa tahun terakhir banyak ragam ilmu pengetahuan terutama tentanya komunikasi saya dapatkan. Hampir separuh jalan pendidikan yang saya jalani, saya mendapatkan satu mata kuliah yang menurut saya sangat menarik. Design Graphis.
Design tampilan website untuk The Boulqarian Laundry
Saya menemukan sesuatu yang saya katakan ‘aneh’ saat saya melakukan kegiatan ini. Saya biasanya menyempatkan waktu luang saya di kantor untuk mengerjakan tugas kuliah mungkin lebih tepatnya mencuri-curi waktu haahahhaa.....#maaf ya boss, daripada saya curi uangnnya.....hhahhaa. Seperti biasa dikantor berkutat dengan pekerjaan dan dibenak saya sisi satunya lagi didesak untuk mengerjakan tugas kuliah. Tapi tentu saja prioritas pekerjaan kantor dulu yang harus saya kerjakan #kalau yang ini beneran gak pake becanda.
Design Brosur untuk The Boulqarian Laundry - Tugas Produksi Media PR
Setelah segala sesuatunya saya anggap dapat terkendali barulah saya berpindah ketugas kuliah. Namun pernah juga pekerjaan kantor belum selesai dan saat itu saya sadar, ini waktunya untuk break, istirahat sebentar, dan tidak menjadi stress serta panik, karena hal itu tidak akan pernah dapat merubah keadaan menjadi lebih baik justru sebaliknya itu akan memperburuk keadaan dan menjadikan segala sesuatunya tidak terkendali. Saat itulah saya mulai mengerjakan tugas kuliah saya yang tentunya tidak satu dua mata kuliah. Biasanya saya akan memilih mengerjakan yang menyenangkan untuk saya kerjakan terlelbih dahulu ketimbang yang sedikit dan mudah saya kerjakan. Karena walaupun sedikit jika saya kurang sreg dalam mengerjakannnya bukannya cepat selesai malah menambah stress yang ada hingga pada akhirnya saya tidak akan mendapatkan apa-apa.
Bantuin Moureen menterjemahkan materi brosur Ipeka
Pernah disaat mencoba untuk break dari pekerjaan kantor, saya memilih mengerjakan design. Biasanya yang saya lakukan adalah mencari refensi design yang cocok untuk apa yang ingin saya design melalui internet. Tema apa yang cocok dan pantas untuk saya angkat menjadi sebuah rangkai yang saya sebut karya seni. Menjadi Neo adalah sesuatu yang halal buat saya tanpa harus berusaha keras membuat something New yang belum tentu juga hasilnya akan memuaskan. Asal jangan jiplak, plagiat, nyontek.....nehi nehi....kamsia deh bukan gaya saya banget.
Design Calendar untuk The Boulqarian laundry
Anehnya setelah mendapatkan sesuatu yang saya inginkan dari sebuah design yang saya buat saya merasa ..............bahagia, lega, relax, dan perasaan-perasaan itu secara hebatnya membuat saya terbebas dari stress yang menghimpit saya sebelumnya. Buat saya itu adalah sebuah sensi yang luar biasa karena mendatangkan banyak keuntungan. Yang pertama tugas kuliah selesai saya pun bisa kembali mengerjakan tugas kantor dengan lebih baik dan tentunya happy. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampui, ibu-ibu banget deh pokoknya.....masak sambil mandiin anak, sambil ngepel sambil bikin kopi dan nonton tv, hahaha.,......love that part in my life. Dedy Corbuzier, aja kalah sama saya kalau udah begini......
Cover In House Magazine PT. Modern Internasional. Tbk
Saya beranggapan design salah satu kegiatan layaknya melukis hanya saja medianya berbeda namun pada hakikatnya sama yaitu menuangkan kreasi seni ke dalam sebuah karya yang indah dan menarik. Tidak menarik buat orang lain tapi terpenting menarik buat diri kita sendiri, tidak bagus buat orang lain bagus buat kita, gak punya arti buat orang lain bernilai buat kita, begitu bukan salah satu prinsip seorang seniman. Bebas berkreasi tanpa batas, sesuatu yang relative dicapkan setiap individu terhadap hasilnya nanti. Namun bukan pula kita egois dan tidak mau belajar, namun sence of art setiap orang berbeda-beda, manusia itu unik dan tidak ada yang sama. Kita tidak perlu berusaha keras membuat orang lain menyukai kita dan hasil karya kita, tapi paling tidak kita bisa menemukan satu doang orang yang mengaguminya, buat saya itu sudah memberikan kepuasaan yang luar biasa. Hasil karya kita disukai orang lain!
Web design The Boulqarian Laundry
So, saya berfikir inilah yang mungkin mendorong banyak tindakan orang lain dalam mencari kepuasaan yang selama ini tidak pernah saya fahami sama sekali. Saya bingung apa sich sebenarnya yang menjadi motif seorang dengan mudahnya berpindah dari pekerjaan yang satu kepekerjaan yang lain, dari anehnya orang-orang yang suka bergonta ganti pasangan dengan gampangnnya, katanya prinsip mereka adalah mencari yang paling pantas dan cocok sebelum akhirnya menikah....hhmmmmm.....dalih atau memang pemilih? Well terlepas dari semua perdebatan itu, saya sedikit sadar, bukanlah suatu ‘dosa’ jika kita ingin dan berani mencoba sesuatu yang baru, karena siapa tahu dari sesuatu yang baru itu kita akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasaan bathin yang pada akhirnya mendorong kita melakukan berbagai hal positif dalam hidup kita.
Design Brosur bagian dalam - 3 fold
Jangan lelah untuk mencari, gunakan setiap kesempatan yang ada, siapa tahu saat ini kita belum sadar namun setelah kita mencoba kemudian kita berkata ‘kayaknya saya cocok dengan dengan yang satu ini....kayaknya saya suka deh.....kayaknya saya punya masa depan yang baik deh disitu ....dst’ tapi jika ternyata dikemudian hari kita tersadar bahwasanya ini bukanlah apa yang kita harapakan dan inginkan, jangan sesekali untuk menyesalinya terlalu dalam, anggaplah apa yang kita lalui sebagai bagian dari proses hidup, belajar banyak dari pengalaman, baik buruk sebuah pengalaman harus dapat kita ambil hikmahnya supaya kita dapat menjadi orang yang lebih baik dikemudian hari. Amin......#mamah dedeh dan aa....hahay......

*semua gambar diatas hasil karya saya selama di matkul Produksi Media PR


Continue : Lawson belum sadar Good Customer Service

Harapan saya mengenai kelanjutan penyelesaian kasus kelebihan debit di Lawson meruya ternyata tidak sebaik yang saya harapkan bahkan lebih buruk dari yang saya bayangkan. Bagaimana tidak, sudah sekian minggu masih saja penjelasan dari wakil kepala toko, Bpk Firman berbelit-belit dan tidak siap dengan jawaban. Dia sendiri harus mengecheck kembali ke kantor pusat sampai dimana berkas complain saya dan teman saya Dina ditangani.

Menurut keterangan terakhir dari Firman, berkas dari kantor pusat Lawson sudah sampai ke tangan pihak BCA per tgl 24 Jan, itu artinya baru 4 hari yang lalu. So slow yach....padahal janjinya seminggu sudah kembali sejak berkas saya masukan ke pihak mereka. Kemudian saat saya tanya kapan kepastian di kredit balik ke rekening saya dia tidak mampu menjawab dengan tegas guna memastikannya bahkan terkesan asjab alias asal jawab, saya tau dia terdesak dengan pertanyaan-pertanyaan dan komplain keras saya, namun sudah sepatutnya hal tersebut saya lontarkan dihadapan teman-teman dan pelanggan Lawson yang kebetulan sedang menikmati makanan disana. Hal ini sebagai bahan evaluasi terutama bagi pihak Lawson bagaimana cara yang baik dalam metreat customer. Mereka harus mengerti bahwa apa yang mereka pertaruhkan jauh lebih besar nilainya ketimbang uang saya, hak saya, yang saya tuntut balik. IMAGE, REPUTATION!!!.....
Setelah memberikan shock therapy tetap pihak Lawson dalam hal ini Firman bersikukuh menunggu kredit balik BCA ke rekening saya, padahal saya sudah mendesak untuk diberikan tunai saja dari toko langsung dan saya akan anggap case closed. Ok lah....percuma rasanya saya berdebat lebih jauh dengan pihak yang notabene tidak tahu cara menangani permasalahan dengan lebih professional, jadi saya berikan kesempatan satu kali lagi kepada pihak Lawson untuk membuktikan komitment mereka dengan perjanjian jika sampai dengan hari senin uang saya belum di kredit balik maka saya akan menuntut diberikan uang tunai.
Kesalahan saya kali ini adalah seharusnya saya meminta pernyataan tertulis dari Firman/Lawson bahwa mereka sudah mengakui bahwa ada kelebihan uang saya dipembukan mereka. Sejauh ini Firman memberikan pernyataan hanya sebatas lisan namun didengar oleh para saksi/teman-teman saya yang hadir disana termasuk teman saya yang bekerja di BCA – Vina.
Vina sempat juga berdebat dengan Firman perihal sisdur kredit balik, seharusnya jika pihak Lawson melakukan claim, uang yang dikredit bukan dikembalikan ke konsumen namun kepada pihak Lawson. Karena saya sendiri tidak mengetahui dengan pasti benar tidaknya pendapat teman saya ini, saya memilih untuk no comment untuk yang satu ini. Jika benar, i can say to Lawson ‘ur in trouble man...’ .
Sejujurnya, motif saya kini tidak lagi tentang menuntut materiil saya kembali, tapi lebih kepada keingintahuan dan belajar, sampai sejauh mana pihak Lawson mampu mengatasi permasalahan ini dengan lebih baik. Ini bisa menjadi salah satu pelajaran penting terutama dalam pembahasan kasus tentang Image dan Reputasi dalam jurusan yang saya ambil. Kita liat saja nanti hari senin 30/1, tindakan apa kira-kira yang akan diambil oleh Lawson jika uang saya tidak dikredit balik. Karena saya sendiri sudah menyiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi kegagalan menagih hak saya selama ini. Berasa jadi debt collector, what a stupid case:( 

Jumat, 27 Januari 2012

Lawson belum sadar Good Customer Service

Peringatan !!!
Saya menulis cerita ini pure sebagai saya seorang konsumen dan tidak terkait dengan status saya saat ini sebagai karyawati sebuah perusahaan yang memiliki jenis usaha convenience store sejenis.

Lawson, nama convenience store yang satu ini tentunya sudah akrab ditelinga masyarakat Jakarta. Lawson disebut-sebut sebagai rivalnya 7-Eleven, dalam bisnis, apa sich yang gak boleh? Sah-sah ajakan memanfaatkan peluang bisnis. Tapi sebagai konsumen saya tentu pengen tau apa sich bedanya yang ini dengan yang itu, lebih dan kurangnnya apa sich si ini dan si itu, dst. Sudah lama sebenarnya pengen mampir ke gerai Lawson cuman belum ada kesempatan, nah kebetulan – buat Lawson bukan kebetulan kali ya, emang udah rencana, gerai ini buka di depan kampus Mercu Buana, Meruya. Jadi pas break time kuliah saya ajakin temen-temen jejelin makanan dan nenggak kopi disini.
Buat saya pribadi perbedaan paling mencolok Lawson dengan 7-Eleven adalah condimentnnya. Kalau di 7-Eleven disediakan sirup dengan berbagai macam pilihan rasa untuk menambah kenikmatan saat menyeruput kopi, mau semanis-manisnya juga silakan asal ingat, diabetes heheheh.... buat yang gak suka sirup ada pilihan gula, gulanya pun ada gula merah, gula rendah kalori atau gula pasir biasa, plus creamer...hmmm lengkap kan?. Belum lagi tehnya, tehnya special banget karena menggunakan Dilmah – saya paling suka Jasmine Petals nya. Condiment untuk hot dog juga beragam di 7-Eleven dibanding Lawson, jangankan sayuran, saos sambel aja dibatesin, dikasih kalau kita minta sama kasir. Rempong ye bo.....untuk yang satu ini jelas 7-Eleven lebih unggul dan gak malu-maluin kalau saya mesti traktir temen hang out. Oh ya satu lagi condiment di sevel yang lupa saya sebutin, melt cheese dan saus pasta. Ini juga ambil suka-suka. Untuk others product saya rasa gak jauh beda, masing-masing bawa brand dan untuk like dislike kembali ke orang masing-masing, suatu hal yang sangat relative.
Besoknya temen saya, Dina bbm ke saya, katanya dia punya bad feeling jadi melakukan pengechekan mutasi rekening banknya, ternyata waktu transaksi pembayaran menggunakan ATM BCA di mesin EDC Lawson sukses terdebit, padahal waktu itu kasirnya bilang transaksinya gagal, jadi kita berdua diminta bayar menggunakan uang tunai. Debitnya bahkan sampai diulang, jadi totalnya 2x gesek. Hitung punya hitung, total belanja saya hari itu di Lawson setengah juta lebih, padahal nilai barang yang saya beli tidak lebih dari setengahnya. Gila!. Untung banget si Dina ngecheck. Lumayan bisa beli Big Bite di Sevel ampe muntah...hahahhha...
Saya langsung mencari tau no telp Lawson meruya di internet tapi tidak ada, jadi saya langsung telp ke kantor pusatnya, PT. Midi Utama. Saya disambungkan operator ke bagian Lawson, saat sudah tersambung dengan orang Lawson (perempuan), dia tanya saya dari mana, saya bilang dong dari Dewi, habis saya mesti bilang apa dong? Terus dia lanjut tanya, Dewi mana ???? what a stupid question!!! Emang dia pikir saya telp ke rumah dia apa? This is office Ms...hello. Yang benar menurut saya adalah dia harusnya berfikir apa yang bisa dia berikan kepada si penelpon, bantuan or informasi apapun yang dibutuhkan penelpon tersebut, dia at least bertanya ‘ada yang bisa saya bantu bu?’. Her stupid question for me seperti orang menginterogasi, penuh dengan kecurigaan. Pantes aja waktu itu temen saya pernah bilang, ‘saya pernah loch telp ke Lawson eh ditanyanya kayak orang sedang menginterogasi, tanya ini itu kek maling aja...’, awalnya saya pikir biasa aja, tapi ternyata emang gak nyaman banget.
Yang ingin saya tanyakan hanya no telp yang bisa saya hubungi ke Lawson meruya untuk confirmasi mengenai permasalah double debit kartu ATM saya. Ternyata dia juga gak tau dan saya kembali disambungkan dengan salah satu rekannya, sama perempuan juga. Pertanyaan yang sama diulang, gila!! Sumpah! Saya gak ngerti apa sich yang ada di pikiran mereka tentang orang-orang yang menelpon kekantor mereka? Udah di brain wash kah mereka?. Belum tau permasalahannya apa malah pengen tau lebih jauh tentang orang yang menelpon, who do you thing you are?!. Akhirnya setelah saya kesal dengan singkat saya menjelaskan bahwa saya adalah konsumen yang merasa dirugikan berbelanja di Lawson meruya dan sekarang saya mau berbicara dengan pihak Lawson meruya tersebut. Baru deh, langsung no telp di kasih. Yang mengagetkan saya adalah dia memberikan statement yang membuat saya ‘gak banget’. Dia bilang, ‘mba minta saja BCA yang mengembalikan uang ke rekening mba.’ What!!! Pemikiran macam apa sich itu. Kesannya pengen lempar permasalahan, bukannya prihatin dan mencoba untuk membantu menelpon rekan mereka di toko. Saya pikir sich dia anak baru kemaren sore, yang gak ngerti kerja. Disini saya belajar, bahwa setiap karyawan sekecil apapun jabatan mereka, akan membawa baik buruknya terhadap image perusahaan. Itu juga salah satu yang saya pelajari di jurusan Public Relations.
Saya mengerti kalau urusan pengembalian uang susah-susah gampang, jadi saya bisa maklum pihak Lawson meruya tidak bisa langsung mengembalikan uang saya saat itu juga. Mereka tentunya harus melakukan pengechekan ulang ke bagian keuangan di kantor pusat mereka. Awalnya saya berbicara dengan Firman, yang belakangan saya ketahui sebagai wakil kepala toko. Dia mengatakan saya bisa datang langsung ke toko untuk claim balik uang saya dengan membawa struk dan bukti mutasi bank. Karena jauh akhirnya saya dan Dina (temen saya yang juga jadi korban ) kembali pada sabtu/minggu berikutnya saat ada kuliah.
Saat datang ke toko kebetulan yang bernama Firman masuk siang, baik kasir maupun karyawan yang ada disana tidak mengetahui no telp Firman yang bisa dihubungi, buat saya aneh, kok temennnya sendiri bisa gak ada satupun orang yang tau. Mereka bilang hanya Firman yang mengerti permasalahan saya dan teman saya, jadi saya disarankan untuk kembali lagi nanti kalau sang Firman sudah datang. Ini bikin saya tambah gak ngerti. Memangnnya mereka pikir saya gak ada kerjaan bolak balik ngurusin permasalah yang notabene bukan kesalahan yang saya buat. Sejak awal saya sudah sangat ...sangat berusaha untuk sabar, tapi dengan perlakukan mereka yang tidak menaruh simpati dan merasa bersalah sama sekali saya menjadi kesal. Akhirnya saya mulai menunjukan kekesalan dan bertanya, memang siapa itu Firman, (ternyata jabatannya setara wakil kepala toko, saya tahu bahwa biasanya sebuah toko tidak mungkin kosong antara wakil atau kepala toko, pasti ada salah satu diantara mereka), jadi logikanya kalau Firman tidak ada berarti ada Kepala Toko.
Ternyata kepala toko mereka ada, aduuuuuh bukan dari tadi aja. Saya berbicara dengan Rei (saya lupa catat nama panjangnnya). Sebagai kepala toko keliatan dia memang lebih baik dalam memberikan pelayanan. Rei langsung meminta kami berdua memberikan bukti-bukti berupa struk dan mutasi bank serta copy KTP. Saya pikir masalah bisa langsung diselesaikan dan uang saya langsung kembali. Ternyata dugaan saya salah, Rei nyatanya tetap harus memproses bukti-bukti yang kami serahkan dan janjinya seminggu kemudian uang kami dikembalikan dengan cara di transfer balik kerekening kami masing-masing. Baiklaaaaa.....sekali lagi saya mencoba bersabar. Saya sendiri bekerja tidak jauh dari lahan yang sama, saya tau sedikit banyak sisdur yang ada disebuah usaha retail.
Hampir 2 minggu ternyata dana kami belum di kredit balik, tidak ada confirmasi juga dari pihak Lawson, celakanya lagi, saya tidak menyimpan copy struk yang awal mereka akan copy untuk saya (harusnya waktu itu saya foto saja). Tapi saya masih punya satu lagi bukti berupa mutasi debit. Well, kalau boleh jujur, lebih jauh saya berfikir uang segitu buat saya tidak seberapa dibandingkan dengan kebahagiaan dalam menulis true story ini hehehehe.....Image baik tidak bisa dinilai dengan uang. Pelajaran kedua terutama untuk seorang PR yang baik.
Akhirnya saya menelpon ke Lawson meruya dan kebetulan yang angkat telp adalah Rei sendiri. Saya informasikan kondisi yang ada sampai saat ini dan saya minta di confirmasi hari ini juga, namun sampai dengan ‘berita’.ini diturunkan (wakaka...) confirmasi tidak saya terima dari sang kepala toko, baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Haiyaaa........
Besok, Sabtu (28/1) saya dan Dina berencana mendatangi kembali toko Lawson untuk mendapatkan kejelasan. Yang ada dipikiran saya adalah, apapun yang terjadi uang saya besok harus kembali, kenapa saya begitu memaksa?! Alasan pertama adalah, tidak mungkin sebuah toko retail seperti Lawson tidak membuat laporan keuangan sampai dua minggu lamanya, biasanya laporan toko akan dicocokan dengan bukti setoran bank dan juga transaksi yang tercatat pada rekening perusahaan. Jadi seharusnya mereka menemukan ada kejanggalan pada laporan keuangan mereka. Yang kedua, waktu penyelesaian yang dijanjikan sudah lewat batas waktu cukup lama, keburu basi. Yang ketiga, pihak Lawson terutama Lawson Meruya sepertinya tidak memberikan perhatian sama sekali terhadap permasalahan ini, terbukti tidak ada monitor dari mereka sama sekali, hingga tidak ada confirmasi kepada kami.
Pelajaran yang bisa diambil secara keseluruhan atas kasus saya kali ini adalah, pentingnnya ujung tombak, customer service, front liner atau apapun istilahnnya dibekali dengan pengetahuan tentang pentingnnya memberikan pelayanan terbaik. Karena apapun yang mereka lakukan, apapun yang mereka katakan akan membangun image sebuah perusahaan. Sebesar apapun sebuah perusahaan, sebanyak dan sebagus apapun barang dagangannya atau tokonya tidak akan menarik simpati konsument jika karyawannya tidak mampu menjadi customer service yang baik, maka namanya tidak akan pernah diingat baik oleh konsumen. Hal ini akan terus menjadi virus jahat yang memperburuk image hingga pada akhirnya bisa jadi menurunkan pendapatan perusahaan. WOM-Word of Mouth tidak hanya berdapak positif tapi juga negatif, tergantung dari apa yang dikicaukan si empunya mulut.
To be continue.....#laporan hasil klarifikasi dengan Lawson  

Transjakarta Bukan Busway


Bagi saya Jakarta identik dengan banyak hal sebut saja diantaranya Monumen Nasional atau lebih akrab disapa Monas, macet, polusi, Ibu Kota Negara Indonesia, padat penduduk, Transjakarta. Berbicara mengenai Transjakarta, pernahkah Anda mendengar ada orang yang mengatakan “sebentar ya saya lagi di Busway..” atau “saya naik Busway dari Harmoni...”. Kebiasaan penyebutan bus Transjakarta dengan kata Busway menjadi suatu yang 'halal” karena terbiasa. Sejak proyek ini berjalan banyak pihak yang menyebut bus Transjakarta dengan Busway. Salah satu contohnya, sering sekali saya menemukan konteks kalimat yang seharusnya menyebutkan Transjakarta menjadi Busway diberbagai media massa, tentu saja hal ini berpengaruh sangat besar dalam cara masyarakat berbicara tentang bus Transjakarta.

Sebenarnya boleh dikatakan hal ini masalah sepele namun menjadi cukup besar dan memalukan – setidaknya menurut saya, bagi masyarakat kita, bagi bangsa kita. Bagaimana tidak, kata Busway pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris yang terdiri atas dua suku kata yaitu Bus yang berarti ‘Bis dan ‘Way’ yang berarti ‘Jalan/jalur, jadi jika kita artikan ke dalam bahasa Indonesia kata ‘Busway’ menjadi ‘Jalan Bis’ atau ‘Jalur Bis’. Bisnya sendiri punya nama Transjakarta. Jadi tidak salah jika ada kelakar yang mengatakan, ya terang aja ketabrak wong sampean naik busway (berdiri dijalur bis).

Selain itu, dulu pemerintah pernah mendengungkan tentang penggunaan bahasa Indonesia bagi perusahaan-perusahaan dalam negri, ambil contoh Citraland berganti nama menjadi Mal Ciputra namun sepertinya lambat laun hal itu menjadi pudar seiring berjalannya waktu. Nah, bagaimana dengan penggunaan kata Busway? kenapa tidak dipakai bahasa Indonesia saja ‘Jalur Bis’. Selain artinya kita menghargai budaya bangsa sendiri, bukankah untuk masyarakat awam yang katakanlah kurang menguasai bahasa bule akan menjadi lebih gampang?. terlepas (mungkin) dari tujuan pemerintah menggunakan kata asing karena Jakarta sebagai ibu kota negara dimana banyak warga asing ada di Jakarta. 


Masih mengenai Transjakarta, pernahkah Anda perhatikan rambu-rambu yang digunakan untuk fasilitas transportasi yang satu ini? Sebagai bukti kesalahan yang memperburuk pengucapan Transjakarta menjadi Busway. Antara lain “Khusus Busway” artinya menjadi “Khusus Jalur Bis” jadi andaikata ada jenis bis lain yang memasuki jalur ini selain Transjakarta berarti sah dooong....?, seharusnya kata yang tepat adalah  ‘khusus Bis Transjakarta’.  
Contoh lain “Jalur Busway”, terdengar aneh bukan? artinya kan menjadi “Jalur Jalur Bis”, sungguh penggunaan kata yang boros dan siapapun yang menyadari kekeliruan ini pasti tidak mengerti maksudnya. Kata yang tepat adalah “Jalur Bis Transjakarta”. Nah, mulai sekarang waktunya Anda yang memperhatikan rambu-rambu ‘unik’ Transjakarta dan silakan Anda terjemahkan sendiri artinya. (d

Mistisnya Kehidupan di Jakarta


Hidup di kota metropolitan seperti Jakarta bukan berarti hal berbau mistis dan ajaib semerta-merta hilang. Terbukti dengan fenomena film-film bergenre horor yang diproduksi terus menerus selama beberapa tahun terakhir. Walaupun banyak kalangan yang bosan dan mengolok-olok ketidakbermutuan film horor di Indonesia toch sampai saat ini masih di produksi. Berdasarkan prinsip dagang, ada barang karena ada permintaan, itu artinya masih adanya film bergenre horor bukan tanpa sebab, pasti para produser film jenis ini masih menganggap masih ada peluang untuk segmen film horor. Ini merupakan salah satu contoh budaya populer yang terjadi dalam masyarakat kita. 

Bukan hanya penonton dan pengusaha film bergenre horor yang menuai dampak positif negatif tapi pemain juga kena imbas yang terbilang aneh. Sebut saja Julia Perez atau Jupe sapaan akrabnya, menggelar ritual yang biasa dilakukan oleh legenda artis horor Indonesia, siapa lagi kalau bukan Suzana yang meninggal beberapa tahun lalu. Jupe konon melakukan 9 ritual yang biasa dilakukan Suzanna, Jupe juga mengaku mendapat semacam wangsit menjadi titisan Nyi Roro Kidul. Haduuuuh.....Jupe, speechless deh sama tingkah lakunya. Boleh-boleh aja sich narsis menurut saya tapi jangan keterlaluan. Ibu dan pacarnyapun dikabarkan tidak setuju dengan ulah Jupe ini. Segala sesuatu memang selalu ada pro dan kontra, dan saya termasuk yang kontra. Tapi dibalik sederet alasan kenapa saya kontra, saya berfikir, apa sich ‘agenda setting’ Jupe dibalik ini semua? Bayangkan jika Anda adalah Jupe? Apa kira-kira yang menjadi motif Anda melakukan ritual boten-boten itu? Yang Anda tau akan menuai kritikan. POPULARITAS!. Ya, sudah bukan hal memalukan buat artis Indonesia mempersoleh kepopeleran melalui sesuatu yang sensasional.  

Lalu apa pengaruh buat saya pribadi tentang hal-hal mistis. Saya sadar tinggal di Indonesia nan penuh dengan budaya mistis yang diwariskan dari jaman nenek moyang membuat saya sering mengaitkan sesuatu yang ‘biasa’ menjadi ‘luar biasa’. Salah satunya adalah setiap pulang kantor saya selalu melalui sebuah jalan, disana terdapat tukang jajanan seperti tukang nasi goreng, bakmi, tukang martabak dan paling lama berjualan (senior) adalah pecel lele. Sadar gak sadar saya memperhatikan tukang jajanan disana yang silih berganti tapi hanya tukang pecel lele yang anteng berdagang sampai hari ini dan ujung-ujungnnya menjadi ‘solo’. Tidak ada saingan, pelanggan tambah, yang tadi mungkin mencari tukang nasi goreng karena gak ada jadi daripada cari-cari lagi mendingan jajan apa yang ada aja. Kenapa saya bisa mengatakan demikian, karena itu terjadi dengan saya pribadi. Meskipun tergolong new comers, nasi goreng disini tergolong enak buat lidah saya dan suami, namun sejak seminggu ini sang tukang nasi goreng tidak pernah keliatan batang hidungnnya. Awalnya saya berfikir, mungkin lagi off setiap senin, ternyata selasa, rabu, kamis , jumat eh teruuuus kok gak pernah nongol lagi? Padahal kalau saya perhatikan pelanggannya sudah bertambah banyak kian hari. Suatu hal yang sangat sangat aneh buat saya dan suami, kamipun mulai menganalisis,  seorang pedagang yang mulai memiliki banyak pelanggan mendadak berhenti berjualan...hmmmm ada apakah gerangan?. Tapi tak ingin berlama-lama berfikir negatif, mungkin saja kan sang tukang nasi goreng sedang ada urusan keluarganya yang sakit atau malah mungkin dia yang sakit? Loch kok sakit? Kenapa ? kan dia masih muda, segar bugar? Jangan-jangan...ow ow...kembali lagi positif menjadi negatif. 

Yah itulah kehiduapan di Jakarta, meskipun sudha dikatakan kota metropolitan tapi hal ‘kampungan’ tidak pernah bisa dilepaskan. Menarik bukan.   

Commuter Jabodetabek Kini


Lama tidak menggunakan jasa layanan kereta api listrik (KRL) di Jakarta hari ini saya berkesempatan sedikit bernostalgia dengan sarana transportasi andalan yang satu ini. Apa sich istilahnya sekarang? Commuter, ya...sejak beberap tahun terakhir pihak PT. KAI banyak menuai kecaman dan kritikan dari masyarakat terkait buruknya pelayanannya. Mungkin untuk mereka yang menggunakan jasa KRL setiap hari sepanjang hidupnya tidak akan begitu ngeh apa saja sich perubahan KRL dari segala segi, paling tidak sejak 10 tahun terakhir. 


Buat saya yang dulu pernah menikmati suka dukanya menggunakan KRL menuju tempat kerja saya setiap hari dari station Tebet menggunakan KRL economy menuju stasion Mangga Besar terlihat sekali perubahan yang signifikan. Hari ini saya naik dari stasiun Manggarai.  Saya perhatikan pintu masuk dijaga oleh 2 orang petugas karcis, sampai di area tunggu kereta yang mempunyai banyak jalur (sekitar 6 jalur atau lebih) tersedia cukup ruang dan bersih untuk kita menunggu, kalau dulu seingat saya stasiun ini jorok, penuh dengan pedagang asongan disana sini sehingga susah untuk penumpang duduk menunggu.
Untuk naik keatas kereta terkadang ada bagian lantai yang jauh lebih rendah dari pintu kereta, sekarang sudah disediakan semacam tangga – seperti tangga naik ke pesawat, kalau dulu disuruh mikir sendiri gimana caranya naik, mohon maaf bagi Anda yang pendek – termasuk saya, bakalan kesulitan setengah mati memikirkan caranya naik ke atas kereta. 

Sudut menarik lain adalah rambu-rambu yang dipasang semakin banyak sehingga memperjelas buat Anda yang bingung dengan banyaknya jalur seperti di manggarai. Misalnya, terdapat rambu batas kereta berhenti, rambu jalur – misalnya jalur 5, yang menuju stasiun mana saja. Disetiap tempat penyeberangan menuju jalur juga di jaga setidaknya 2 orang petugas, mereka tidak hanya tempat bertanya bagi yang masih bingung tapi yang terpenting mereka menjaga dan selalu memperingatkan mereka yang mungkin saja lengah saat ingin menyebarang padahal ada kereta yang akan melintas. Hal ini tentunya memberikan rasa aman dan nyaman bagi calon penumpang kereta. 

Masuk ke dalam kereta, saya benar-benar merasakan hal yang baru. Tempat duduk yang dulu keras terbuat dari plastik dan sebagian bolong-bolong sekarang berganti dengan semi sofa. Disedikan pula tempat untuk berpegangan bagi mereka yang tidak kedapatan tempat duduk. Disetiap pintu disediakan informasi mengenai jalur KRL seluruh Jabodetabek. Pintu yang dulu dibiarkan terbuka (untuk kelas economy) sekarang selalu tertutup sehabis menaikan dan menurunkan penumpang disetiap stasiun. Didalam gerbong juga bersih, tidak ada lagi pedagang asongan yang mondar mandir, jendela tertutup rapat, tidak ada satupun yang terbuka, ventilasi cukup, juga terdapat poster-poster iklan dari beberapa produk minuman dan beberapa dari department pertanian yang menghibau masyarakat untuk lebih memilih buah segar. Ada juga gerbong khusus wanita. Dan paling menarik adalah, ada suara yang menginformasikan setiap stasiun yang disinggahi, jadi benar-benar mirip dengan fasilitas yang ada di bus Transjakarta. Benar-benar mirip...bahkan bisa saya bilang contekannya. Awalnya saya sempat berfikir saya salah naik kereta, janga-jangan saya naik express bukan kelas economy. Heibat! Senang dengan perubahan yang begitu signifikan. 


Satu hal yang ingin menjadi masukan dari saya adalah, di kasir pembelian tiket ada lampu informasi harga tiket yang kita beli, seperti layaknya di pintu parkir. Jadi kalau konsumen tidak bisa mendengar dengan jelas berapa harga tiket yang harus dibayar, setidaknya dia bisa melihat dari monitor harga yang tersedia.