Kamis, 19 April 2012

Petualangan Singkat di Bali


Baru sempet sharing lagi nich, kangen sama blog ini. Setelah dipikir-pikir sayang pengalaman liburan semester ini gak dibikinin tulisan. 

Setelah satu tahun issue ticket Air Asia Promo Jakarta – Bali, hampir lupa malah punya ticket itu, sekalinya inget malah pengen dilupain karena deket banget sama waktu ujian semester, pas di check eh ternyata gak bentrok sama jadual ujian. Gila banget, ticket senin sudah harus di pakai, jumat baru benar-benar memutuskan mau dipakai apa gak. Sama sekali gak ada persiapan, untungnya gak lagi high season jadi untuk mendapatkan hotel murah gampang2 aja. 

Setelah tanya kiri kanan depan belakang, akhirnya jadi juga susunan acara plus alesan gak masuk kantor mendadaknya. Hihihihih ….insidential banget deh alesannya (ada deh pokeke) dan Alhamdulillah diterima. White lie apa black lie hahahah…terserah deh mo ngomong apa, yang penting kita berangkuuuuuuuuttttt……Bali here we come. 

Pertama, menentukan Hotel, saya pakai hotel yang di referensikan teman yang sudah pernah ke Bali, tepatnya daerah Kuta, Jl. Poppies Lane 1. Sudah lama sich dengar bahwa daerah Poppies lane 1 dan 2, hotelnya murah meriah. http://www.lawalonhotel.com/ . Saya pilih yang Double Balinese, karena katanya cukup luas untuk kami ber-4 dengan king size bed nya. Kalau tidak salah harganya waktu itu sekitar 500 ribu/malam nett include breakfast untuk 2 orang. 
Searah jarum jam : khaira molor kecapean | si ayah kelaperan | norak banget sama patung harimau depan kamar | pintu masuk kamar

Urusan bookingan hotel selesai, sekarang menentukan mau kemana aja selama di Bali. Saya merencakan ke Bali cuma 2 malam 2 hari. Berangkat Senin sore tiba malam hari, pulang Rabu sore. Waktu itu pertimbangannya adalah kalau terlalu lama, biaya hidup juga akan tambah, belum lagi biaya hotel, kondisi kesehatan anak-anak juga perlu di jaga, jangan terlalu lama bepergian, masa pulang-pulang harus sakit.
Akhirnya ditentukan, hari pertama setelah check in malamnya kita mau berjalan-jalan dilokasi sekitar hotel. Keesokannya, tujuan utama kita adalah ke Uluwatu, nonton Tari Kecak yang pentas setiap jam 6pm, nah dalam perjalanan menuju Uluwatu bisa mampir2 ke Joger, Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan ke Pantai…lupa…karena memang satu jalur. Malamnya tidak kemana-mana, karena pasti anak-anak capek, next daynya kita rencana berjalan-jalan di sepanjang pantai Kuta. 

Yang salah adalah seharusnya saya atur ticket berangkat pagi pulang sore atau siang hari. Karena waktu check in hotel adalah jam 12pm dan check out adalah jam 1pm, jadi kalau saya berangkat pagi, sampai di hotel pas waktu check in. Jeleknya hotel ini adalah tidak ada kelonggaran untuk late check out meskipun sudah diminta sebelumnya. Mereka minta 50% payment untuk spare time 2 jam saja, ich gak banget padahal sedang tidak high season. 

Waktu pulang kita sempat terbirit-birit karena jam 1pm kita masih jalan-jalan di tepi pantai Kuta, karena pesawat masih jam 5 sore. Satu hal lagi yang membuat saya gak pengen balik ke Hotel ini adalah, pengunjungnnya yang hampir semuanya orang bule……secara Kuta gitu ya….aduh salah tempat deh eike. Belum lagi waktu malam-malam berkeliling yang ketemu adalah tempat ajeb-ajeb sepanjang jalan hahahaha……..gak ada anak-anaknya ….aduuuuh jadi malu banget deh. 

Seperti kata temen yang mereferensikan hotel Lawalon, kamar hotelnya memang tergolong besar dan nyaman. Yang tidak nyaman adalah, kita masih ragu-ragu untuk makanan halal atau tidak meskipun sudah memesan yang kategori Halal, prinsipnya untuk sesuatu yang ragu JANGAN pernah dilakukan, walhasil kita beberapa hari makan KFC, karena memang junk food ini yang paling dekat, paling meyakinkan kehalalannya. Sebagai informasi, dari hotel cukup jalan kaki keluar gang sudah akan menemukan KFC di pojok kiri jalan, deket banget sama Hard Rock CafĂ© yang terkenal itu. 
Atas : Sepanjang tepian pantai kuta | SPG KFC nan cantik jelita #asli Bali loch | Hard Rock Kuta | ayah ikut2an mejeng

Buat yang bawa anak-anak sebaiknya siapkan panci listrik kecil, untuk antisipasi kondisi tidak terduga, kadang hotel ada yang menyiapkan air minum, ada juga yang tidak, ada yang tempat makannya gampang ada juga yang jauh sekali, nah kalau punya panci ‘ajaib’ ini kita bisa sekedar masak mie instant atau masak air panas minum susu secukupnya tanpa harus kerepotan atau memesan di hotel yang biasanya harganya nonjok banget. 

Keesokan harinya, seperti yang sudah direncanakan, jam 10am kami berangkat, dari referensi teman juga saya bisa kenal Pak Dewa 081805491154/03612798268 (gampang diingat soale namanya mirip nama saya hihihihi…), driver ramah yang siap mengantar kami ke tempat tujuan. Dengan tarif 350 ribu saja kami sudah bisa keliling sesuai keinginan, harga tersebut sudah termasuk bensin. Driver, mobil Avanza type G, tapi tidak termasuk uang parkir dan ticket masuk dan tentunya tips si Bapak yang baik ini. 
Tangga naik ke Pura Uluwatu


Tujuan pertama ke Toko Joger, banyak sekali kita temukan ulasan tentang toko khas yang satu ini membuat saya enggan melewatkan berbelanja disini. Saya tidak begitu faham harga, satu-satunya yang saya ingat adalah harga gantungan kunci batik yang dulu pernah saya beli di Malioboro, 5 pcs seharga 10 ribu di Joger dijual 1 pcs seharga 15 ribu….ckckckckc………mahaaaaaaaallll….jangan lupa, buat yang belanjaannya banyak, bisa minta dikardusin Joger, gratis. Jadinya rapi. Disini tidak dijual makanan seingat saya, lebih banyak souvenir berupa baju-baju dan barang-barang kerajinan lainnya. Jadi saya putuskan mampir ke Toko Krisna saja untuk makanannya sewaktu perjalanan pulang. 






Karena masih siang, kami diajak pak Dewa melihat-lihat pantai Sanur (kalau tidak salah) dan sempat juga mau diajak ke pantai Dreamland, hanya untuk pantai terakhir saya tidak berminat, karena dari beberapa cerita, pantai dreamland gitu-gitu aja, gak lebih menarik dari pantai-pantai lainnya. Sampai di Sanur, banyak sekali wisatawan asing terutama Jepang dan China yang berparalayang atau apalah itu namanya, sempat ditawarkan melihat penangkaran penyu di Tanjung Benoa dan ber Sea Walker, hanya karena tarifnya yang aduhai, dan hanya untuk naek boat nya saja menyeberangi pulau dikenakan setengah juta, saya dan suami jadi masih pikir-pikir dua kali, karena memang bukan tujuan utama kami kesini. 

Selanjutnya ke GWK, sebelumnya kami mampir untuk makan siang, lagi-lagi KFC. GWK ternyata jauh dari yang saya bayangkan semula yaitu panas dan gersang. Ternyata tebing-tebing curam yang sengaja di ‘pahat’ memberikan hawa sejuk, semilir angin dengan senang hati berhembus diantara tebing-tebing nan curam, serta kebetulan matahari tidak sedang di ubun-ubun, melainkan sudah agak condong ke Barat, sehingga tebing-tebing memberikan perlindungan yang sempurna untuk sekedar duduk-dudukdi rerumputan. Adeeeeeeeeeemmmmmmmm…….ditambah pengunjung yang minim sekali. 
Gerbang Masuk GKW
Adem dan enak banget nikmatin karya seni nya ...

Dari atas bukit bisa liat samudra ......keyen....


Patung utama dikelilingi tempat duduk, biasanya dipakai untuk pertunjukan....adeeeeemmm

Yakin deh  mereka pengen nyebur.....
Anak2 dimana aja sibuk ....gak ngerti apa yang dicari....
Mejeng Bro.....
Ikutan ahhhh.....
lanjoooott.....#khaira spt biasa, susah di foto...


Ternyata patung GWK bukan tanpa tangan, melainkan tangannya belum selesai di buat atau lebih tepatnya belum dipasang. Di sekitar patung utama sudah jadi tangannya dan menunggu untuk disatukan. Ada kepala Garuda juga, awalnya sempat bingung kok pecah-pecah gini, maklum belum sempat baca ulasannya, tanpa planning juga tau-tau mampir sini. Kira-kira jadinya nanti begini : 


Selesai di GWK, kita lanjut ke tujuan utama yaitu Uluwatu untuk menyaksikan Tarik Kecak. Benar kata temen, banyak tempat di Bali yang bisa disambangi kalau mau liat Tari kecak, tapi yang paling bagus adalah Tari kecak yang mentas di Uluwatu, karena kompak banget dipadukan dengan pemandangan alam menjelang sunset. Diatas tebing yang maha tinggi, menghadap ke Samudra Hindia, wow ….luar biasa banget. Tarifnya 70 ribu per orang untuk nonton tarian ini, anak kecil dibawah 3 thn gratis, katanya pak Dewa, anak kecil di Bali dianggap Dewa (bukan pak Dewa, tap God maksudnya), jadi mungkin salah satunya gitu juga kali makanya Gratis, bukan sekedar karena masih kecil doang seperti tempat wisata pada umumnya.

Sebelum masuk area pura, pak Dewa berhenti sebentar di tengah jalan untuk mengambil kayu yang akan kita gunakan sebagai tongkat penghalau monyet-monyet penunggu pura yang katanya suka jail. Jailnya tuch suka ngambil kacamata, kamera para pengunjung, menurut pak Dewa, mereka bertingkah begitu karena dari segi makanan agak kurang, tidak seperti di Ubud, yang memang dipelihara dan suka diberikan makanan, kalau di uluwatu cenderung monyet liar, belum lagi udara pantai yang kering, membuat mereka bertingkah lebih angresif. Tapi sempet ragu-ragu juga sich kalau harus membawa kayu untuk memukul monyet, kasian kan, tapi tujuan disini cuman untuk nakut-nakutin si monyet doang kok, jadi tidak aka nada KDRT.

Sampai di pura ada aturan bagi pengunjung untuk memakai kain atau selendang. Bagi yang memakai pakaian selutut harus menggunakan kain penutup/sarung, bagi yang berpakaian sudah dibawah lutut cukup memakai selendang, diikat di pinggang. Sewanya juga gak mahal, kalau gak salah 5000/helai deh. Dan benar saja, sampai di dalam, banyak monyet-monyet lucu berkeliaran, ada yang lagi transaksi sama pawang nukerin dompet wisatawan Jepang yang di ambil dengan makanan. Ada juga yang sedang beraksi, dengan jailnya lari gak karuan bawa kacamata pengunjung….wakakaka….kocak liatnya.



Liat tuch....kacamata siapa coba yang lagi dibawa...hahah heboh dah pokeke.....

Barter dompet sama makanan.......
Udara yang sepoi-sepoi diatas tebing menghadap laut lepas dengan pemandangan air yang biru terhubung dengan langit dihiasi awan putih, menjadikan nyali ciut, membuat tersadar betapa kekuasaan Tuhan maha dahsyat, gak ada yang mampu melebihi karyaNya, luar biasa lah pokoknya.



Sibuk ya .....

Saya, dia monyet dan alam.....ckckckc...
Ayo dikit lagi nonton Tari Kecak...dah mulai senja nich ...
 Tiba waktu untuk menyaksikan Tari Kecak, ternyata pengunjung sudah memenuhi tempat duduk dengan kapasitas 800 tempat duduk, bayangin coba, katanya bukan high season tapi Bali tetap penuh dengan wisawatan baik local maupun mancanegara, benar adanya kalau dibilang, Bali tuch libur sepanjang tahun.
Saat masuk, satu persatu pengunjung diberikan selebaran tentang jalan cerita yang akan dipentaskan. Cerita kali ini tentang Dewi Sinta yang diculik oleh Rahwana, kemudian diselamatkan oleh Hanoman. Alur cerita dibumbui dengan celetukan lucu para pemain dalam berbagai bahasa, seperti Jepang, Inggris dan tentu saja Bahasa Indonesia. Atau ada juga tingkah lucu Hanoman yang memindahkan kutu dari kepala pengunjung yang satu ke yang lainnya, mengundang gelak tawa penonton di senja yang menawan. Mendekati selesai pertunjukan kita bisa melihat matahari mulai terbenam, Luar biasa, eksotisme Bali yang sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Harus datang lagi pokoknya suatu hari nanti.
Pertunjukan dimulaaaiiii......

Exotis bangeeeeeeeeeet.......

Kereeeeen......

Penontonnya mayoritas bule...

Doa dulu sebelum mulai pertunjukan...

Memanjatkan doa
Para seniman ....
Lakon rama shinta

Hanomannya jail euy.....

Adegan pembakaran Hanoman di Alengka

Pertunjukan alam di sela-sela pertunjukan seni.....luar biasa
Pulang ke hotel dengan rasa lelah tapi puas, kita niatkan untuk istirahat total malam ini dan gak akan kemana-mana. Besoknya, kita bingung mau kemana, akhirnya hanya berjalan-jalan di pantai Kuta sampai tiba waktu check out.








Next time ke Bali, saya gak akan tinggal di Kuta, tapi ke Ubud, katanya udara disini lebih sejuk karena memang udara pegunungan. Amin, semoga kesampaian.