Baru sempet sharing lagi nich, kangen sama blog ini. Setelah
dipikir-pikir sayang pengalaman liburan semester ini gak dibikinin tulisan.
Setelah satu tahun issue ticket Air Asia Promo Jakarta –
Bali, hampir lupa malah punya ticket itu, sekalinya inget malah pengen dilupain
karena deket banget sama waktu ujian semester, pas di check eh ternyata gak
bentrok sama jadual ujian. Gila banget, ticket senin sudah harus di pakai,
jumat baru benar-benar memutuskan mau dipakai apa gak. Sama sekali gak ada
persiapan, untungnya gak lagi high season jadi untuk mendapatkan hotel murah
gampang2 aja.
Setelah tanya kiri kanan depan belakang, akhirnya jadi juga susunan
acara plus alesan gak masuk kantor mendadaknya. Hihihihih ….insidential banget
deh alesannya (ada deh pokeke) dan Alhamdulillah diterima. White lie apa black
lie hahahah…terserah deh mo ngomong apa, yang penting kita
berangkuuuuuuuuttttt……Bali here we come.
Pertama, menentukan Hotel, saya pakai hotel yang di
referensikan teman yang sudah pernah ke Bali, tepatnya daerah Kuta, Jl. Poppies
Lane 1. Sudah lama sich dengar bahwa daerah Poppies lane 1 dan 2, hotelnya
murah meriah.
http://www.lawalonhotel.com/
. Saya pilih yang Double Balinese, karena katanya cukup luas untuk kami ber-4
dengan king size bed nya. Kalau tidak salah harganya waktu itu sekitar 500
ribu/malam nett include breakfast untuk 2 orang.
|
Searah jarum jam : khaira molor kecapean | si ayah kelaperan | norak banget sama patung harimau depan kamar | pintu masuk kamar |
Urusan bookingan hotel selesai, sekarang menentukan mau
kemana aja selama di Bali. Saya merencakan ke Bali cuma 2 malam 2 hari.
Berangkat Senin sore tiba malam hari, pulang Rabu sore. Waktu itu
pertimbangannya adalah kalau terlalu lama, biaya hidup juga akan tambah, belum
lagi biaya hotel, kondisi kesehatan anak-anak juga perlu di jaga, jangan
terlalu lama bepergian, masa pulang-pulang harus sakit.
Akhirnya ditentukan, hari pertama setelah check in malamnya
kita mau berjalan-jalan dilokasi sekitar hotel. Keesokannya, tujuan utama kita
adalah ke Uluwatu, nonton Tari Kecak yang pentas setiap jam 6pm, nah dalam
perjalanan menuju Uluwatu bisa mampir2 ke Joger, Garuda Wisnu Kencana (GWK) dan
ke Pantai…lupa…karena memang satu jalur. Malamnya tidak kemana-mana, karena
pasti anak-anak capek, next daynya kita rencana berjalan-jalan di sepanjang
pantai Kuta.
Yang salah adalah seharusnya saya atur ticket berangkat pagi
pulang sore atau siang hari. Karena waktu check in hotel adalah jam 12pm dan
check out adalah jam 1pm, jadi kalau saya berangkat pagi, sampai di hotel pas
waktu check in. Jeleknya hotel ini adalah tidak ada kelonggaran untuk late
check out meskipun sudah diminta sebelumnya. Mereka minta 50% payment untuk
spare time 2 jam saja, ich gak banget padahal sedang tidak high season.
Waktu pulang kita sempat terbirit-birit karena jam 1pm kita
masih jalan-jalan di tepi pantai Kuta, karena pesawat masih jam 5 sore. Satu
hal lagi yang membuat saya gak pengen balik ke Hotel ini adalah, pengunjungnnya
yang hampir semuanya orang bule……secara Kuta gitu ya….aduh salah tempat deh
eike. Belum lagi waktu malam-malam berkeliling yang ketemu adalah tempat ajeb-ajeb
sepanjang jalan hahahaha……..gak ada anak-anaknya ….aduuuuh jadi malu banget
deh.
Seperti kata temen yang mereferensikan hotel Lawalon, kamar
hotelnya memang tergolong besar dan nyaman. Yang tidak nyaman adalah, kita
masih ragu-ragu untuk makanan halal atau tidak meskipun sudah memesan yang
kategori Halal, prinsipnya untuk sesuatu yang ragu JANGAN pernah dilakukan,
walhasil kita beberapa hari makan KFC, karena memang junk food ini yang paling
dekat, paling meyakinkan kehalalannya. Sebagai informasi, dari hotel cukup
jalan kaki keluar gang sudah akan menemukan KFC di pojok kiri jalan, deket
banget sama Hard Rock Café yang terkenal itu.
|
Atas : Sepanjang tepian pantai kuta | SPG KFC nan cantik jelita #asli Bali loch | Hard Rock Kuta | ayah ikut2an mejeng |
Buat yang bawa anak-anak sebaiknya siapkan panci listrik
kecil, untuk antisipasi kondisi tidak terduga, kadang hotel ada yang menyiapkan
air minum, ada juga yang tidak, ada yang tempat makannya gampang ada juga yang
jauh sekali, nah kalau punya panci ‘ajaib’ ini kita bisa sekedar masak mie
instant atau masak air panas minum susu secukupnya tanpa harus kerepotan atau
memesan di hotel yang biasanya harganya nonjok banget.
Keesokan harinya, seperti yang sudah direncanakan, jam 10am
kami berangkat, dari referensi teman juga saya bisa kenal Pak Dewa
081805491154/03612798268 (gampang diingat soale namanya mirip nama saya
hihihihi…), driver ramah yang siap mengantar kami ke tempat tujuan. Dengan
tarif 350 ribu saja kami sudah bisa keliling sesuai keinginan, harga tersebut
sudah termasuk bensin. Driver, mobil Avanza type G, tapi tidak termasuk uang
parkir dan ticket masuk dan tentunya tips si Bapak yang baik ini.
|
Tangga naik ke Pura Uluwatu |
Tujuan pertama ke Toko Joger, banyak sekali kita temukan ulasan
tentang toko khas yang satu ini membuat saya enggan melewatkan berbelanja
disini. Saya tidak begitu faham harga, satu-satunya yang saya ingat adalah
harga gantungan kunci batik yang dulu pernah saya beli di Malioboro, 5 pcs
seharga 10 ribu di Joger dijual 1 pcs seharga 15
ribu….ckckckckc………mahaaaaaaaallll….jangan lupa, buat yang belanjaannya banyak,
bisa minta dikardusin Joger, gratis. Jadinya rapi. Disini tidak dijual makanan
seingat saya, lebih banyak souvenir berupa baju-baju dan barang-barang
kerajinan lainnya. Jadi saya putuskan mampir ke Toko Krisna saja untuk
makanannya sewaktu perjalanan pulang.
Karena masih siang, kami diajak pak Dewa melihat-lihat
pantai Sanur (kalau tidak salah) dan sempat juga mau diajak ke pantai
Dreamland, hanya untuk pantai terakhir saya tidak berminat, karena dari
beberapa cerita, pantai dreamland gitu-gitu aja, gak lebih menarik dari
pantai-pantai lainnya. Sampai di Sanur, banyak sekali wisatawan asing terutama
Jepang dan China yang berparalayang atau apalah itu namanya, sempat ditawarkan
melihat penangkaran penyu di Tanjung Benoa dan ber Sea Walker, hanya karena
tarifnya yang aduhai, dan hanya untuk naek boat nya saja menyeberangi pulau
dikenakan setengah juta, saya dan suami jadi masih pikir-pikir dua kali, karena
memang bukan tujuan utama kami kesini.
Selanjutnya ke GWK, sebelumnya kami mampir untuk makan
siang, lagi-lagi KFC. GWK ternyata jauh dari yang saya bayangkan semula yaitu panas
dan gersang. Ternyata tebing-tebing curam yang sengaja di ‘pahat’ memberikan
hawa sejuk, semilir angin dengan senang hati berhembus diantara tebing-tebing
nan curam, serta kebetulan matahari tidak sedang di ubun-ubun, melainkan sudah
agak condong ke Barat, sehingga tebing-tebing memberikan perlindungan yang
sempurna untuk sekedar duduk-dudukdi rerumputan.
Adeeeeeeeeeemmmmmmmm…….ditambah pengunjung yang minim sekali.
|
Gerbang Masuk GKW |
|
Adem dan enak banget nikmatin karya seni nya ... |
|
Dari atas bukit bisa liat samudra ......keyen.... |
|
|
|
|
Patung utama dikelilingi tempat duduk, biasanya dipakai untuk pertunjukan....adeeeeemmm |
|
Yakin deh mereka pengen nyebur..... |
|
Anak2 dimana aja sibuk ....gak ngerti apa yang dicari.... |
|
Mejeng Bro..... |
|
Ikutan ahhhh..... |
|
lanjoooott.....#khaira spt biasa, susah di foto... |
Ternyata patung GWK bukan tanpa tangan, melainkan tangannya
belum selesai di buat atau lebih tepatnya belum dipasang. Di sekitar patung
utama sudah jadi tangannya dan menunggu untuk disatukan. Ada kepala Garuda
juga, awalnya sempat bingung kok pecah-pecah gini, maklum belum sempat baca
ulasannya, tanpa planning juga tau-tau mampir sini. Kira-kira jadinya nanti
begini :
Selesai
di GWK, kita lanjut ke tujuan utama yaitu Uluwatu untuk menyaksikan Tarik Kecak.
Benar kata temen, banyak tempat di Bali yang bisa disambangi kalau mau liat Tari
kecak, tapi yang paling bagus adalah Tari kecak yang mentas di Uluwatu, karena
kompak banget dipadukan dengan pemandangan alam menjelang sunset. Diatas tebing
yang maha tinggi, menghadap ke Samudra Hindia, wow ….luar biasa banget.
Tarifnya 70 ribu per orang untuk nonton tarian ini, anak kecil dibawah 3 thn
gratis, katanya pak Dewa, anak kecil di Bali dianggap Dewa (bukan pak Dewa, tap
God maksudnya), jadi mungkin salah satunya gitu juga kali makanya Gratis, bukan
sekedar karena masih kecil doang seperti tempat wisata pada umumnya.
Sebelum masuk area pura, pak Dewa berhenti sebentar di
tengah jalan untuk mengambil kayu yang akan kita gunakan sebagai tongkat
penghalau monyet-monyet penunggu pura yang katanya suka jail. Jailnya tuch suka
ngambil kacamata, kamera para pengunjung, menurut pak Dewa, mereka bertingkah
begitu karena dari segi makanan agak kurang, tidak seperti di Ubud, yang memang
dipelihara dan suka diberikan makanan, kalau di uluwatu cenderung monyet liar,
belum lagi udara pantai yang kering, membuat mereka bertingkah lebih angresif.
Tapi sempet ragu-ragu juga sich kalau harus membawa kayu untuk memukul monyet,
kasian kan, tapi tujuan disini cuman untuk nakut-nakutin si monyet doang kok,
jadi tidak aka nada KDRT.
Sampai di pura ada aturan bagi pengunjung untuk memakai kain
atau selendang. Bagi yang memakai pakaian selutut harus menggunakan kain
penutup/sarung, bagi yang berpakaian sudah dibawah lutut cukup memakai
selendang, diikat di pinggang. Sewanya juga gak mahal, kalau gak salah 5000/helai
deh. Dan benar saja, sampai di dalam, banyak monyet-monyet lucu berkeliaran,
ada yang lagi transaksi sama pawang nukerin dompet wisatawan Jepang yang di
ambil dengan makanan. Ada juga yang sedang beraksi, dengan jailnya lari gak
karuan bawa kacamata pengunjung….wakakaka….kocak liatnya.
|
Liat tuch....kacamata siapa coba yang lagi dibawa...hahah heboh dah pokeke..... |
|
Barter dompet sama makanan....... |
Udara yang sepoi-sepoi diatas tebing menghadap laut lepas
dengan pemandangan air yang biru terhubung dengan langit dihiasi awan putih,
menjadikan nyali ciut, membuat tersadar betapa kekuasaan Tuhan maha dahsyat,
gak ada yang mampu melebihi karyaNya, luar biasa lah pokoknya.
|
Sibuk ya ..... |
|
Saya, dia monyet dan alam.....ckckckc... |
|
Ayo dikit lagi nonton Tari Kecak...dah mulai senja nich ... |
Tiba waktu untuk menyaksikan Tari Kecak, ternyata pengunjung
sudah memenuhi tempat duduk dengan kapasitas 800 tempat duduk, bayangin coba,
katanya bukan high season tapi Bali tetap penuh dengan wisawatan baik local
maupun mancanegara, benar adanya kalau dibilang, Bali tuch libur sepanjang
tahun.
Pulang ke hotel dengan rasa lelah tapi puas, kita niatkan
untuk istirahat total malam ini dan gak akan kemana-mana. Besoknya, kita
bingung mau kemana, akhirnya hanya berjalan-jalan di pantai Kuta sampai tiba
waktu check out.
Next time ke Bali, saya gak akan tinggal di Kuta, tapi ke
Ubud, katanya udara disini lebih sejuk karena memang udara pegunungan. Amin,
semoga kesampaian.