Pembahasan mengenai acara jalan-jalan anggota DPR dengan alasan ini itu udah sering banget dibahas, anehnya kok ya gak jera-jera gitu ya bikin ulah para "pelancong" ini, yang paling anyar tentang rencana perjalanan dinas anggota DPR ke Eropa dalam rangka mendalami ilmu santet, upppss...salah, maksudnya pasal tentang persantetan. Saya punya true story yang saya alami sendiri waktu boss saya diajak ke luar negeri oleh salah satu Department pemerintah - tujuannya ke China.
Terkait urusan akomodasi dan transportasi, masing-masing peserta mengurus sendiri, ada sekitar 10 atau 15 perusahaan swasta lain yang diajak. Kami hanya diberikan susunan acara untuk selanjutnya flight dan hotel disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Saya sudah menyusun itinerary flight dan reservasi hotel menyesuaikan. Saya ingat sekali, jika diperhatikan dalam rundown efektif hanya 2 hari kerjanya, katakanlah kamis dan jumat, jadi berangkat Jkt - Hongkong bisa rabu sore/malam, jadi rabu pagi - siang masih ada waktu untuk kerja dong.
Pulang berarti Jumat malam last flight jika memungkinkan atau sabtu pagi worst case, maksudnya supaya hemat, malam sabtu gak terbebani biaya hotel lagi.
Kebetulan flight scdl ke China tuch banyak, jadi gak susah untuk matchingin dengan jadual yang kita mau. Rabu malam berangkat dan bisa pulang jumat malam last flight, perfecto!. Jadi total untuk akomodasi 2 malam saja (rabu malam dan kamis malam). Mengenai penerbangan, ada 2 alt untuk Jakarta China, either naek CX (Cathay) or GA (Garuda) - ini yang direct flight. Kalau harga biasanya gak berbeda jauh, dan boss2 biasalah pake Business or First Class. Sebenernya sich ada flight lain seperti China Air dll, cuman karena yang mau pergi boss2, jadi ya hanya 2 itu lah yang kira2 paling acceptable.
Sebelum hari H, kita diminta kumpulin scdl flight dan akomodasi, jadi keliatan lah tuch semua scdl flight semua peserta tidak terkecuali para peserta dari Derpatment "ituh". Saya sempet bingung bertanya-tanya, kok mereka pilihnya SQ (singapore airline), business class, gak salah? mahal sudah barang tentu, tapi mo ngapain ke Singapore dulu, melihat dari scdlnya mereka ambil yang connecting flight langsung, artinya gak ada jeda seharian, yah masih mencoba untuk berfikir positif, kali aja mereka ada pekerjaan lain di Singapore sebelum tiba ke China. Ada direct flight kok nyari yang mampir2, mana lebih mahal pulak. Ini yang salah sekretarisnya apa boss nya sich?
Sedang scdl pulangnya - saya lupa antara Sabtu Malam atau Minggu pagi dari Hongkong - Jakarta, yang jelas bukan Jumat Malam. Di rundown hari sabtu ditulis "acara bebas". Dan ingat ya...with SQ. Saya penasaran, lalu saya cari tahu harga SQ milik mereka jika bisnis class, dengan scdl persis sama, harganya berapa sich.
Ternyata...... selisihnya hampir USD1.000 lebih mahal, mari kita lempengin dalam kurs rupiah biar lbh enak bayanginnya menjadi sekitar Rp10 jt. Pikiran negatif langsung mampir, bayangkan coba jika ticket itu hanya TICKET BODONG (beli print out ticket paling 500 or 1 jtan, kongkalikong sama travel agent, yakin deh bisa), ticket2an yang diclaim sebagai ticket perjalanan mereka, let say mereka ternyata ngambil GA/CX buss class, udah ngantongin 10 jt sendiri dari ticket doang. Blm lagi seandainya ternyata mereka naeknya GA/CX eco cls...silakan dibayangkan sendiri sodara2...berapa tambahan "uang saku" untuk acara bebas mereka dihari sabtu.
Hal kedua yang menggelitik saya adalah biaya akomodasi, kalau pihak swasta biasanya menghemat biaya perjalanan, spt yang saya katakan diatas terkait akomodasi, time is money brosis....Seandainya mereka (tim swasta) jg pulang sabtu, bisa aja dong mereka bikin2 alasan capek lah, pulang terlalu malam lah, gak keburu bla bla bla...artinya boros di akomodasi 1 malam lagi toch. Umpama biaya hotel 200 - 300 usd/malam, dikali 3 orang - itung aja sendiri "kerugiannya" berapa.
Masih terkait fasilitas hotel, biasanya di Kantor saya sebisa mungkin sharing room biar hemat, tapi apa iya mereka sharing ? kalau boss sich jgn di bahas, ini maksudnya yang staff2 gitu, bisa jadi kan mereka dpt fasilitas 1 orang 1 kamar, mgkn mereka berfikir ngapain ber 2 satu kamar kalau bisa masing2 dpt fasilitas 1 kamar. Oh ya ini lagi...bisa jadiiiiiii mereka pake satu kamar claimnya 2 kamar. KORUPTOR!
Itu dari flight dan hotel, dari peserta yang ikut? duuuuh...klu di kantor saya gak usah ditanya, selektif abis, for me it's okelah, justru dukung krn intinya efektifitas dan efisiensi, ngapain sich yang gak penting2 amat ikutan segala mendingan kerja aja di Jakarta. Yang tadinya diusulkan 5 orang bisa jadi 3 orang or bahkan 1 orang aja yang jadi berangkat - miiiisaaaal. Tapi kalau di Department "ituh" yang berangkat sekompi...ckcckckckc....mo ngapain oooooommmmm?
Tadinya saya hanya mendengar dan menyaksikan perbincangan hangat tentang issue ini di berbagai media dan gak pengen sedikitpun bersu'uzon, tp setelah mendapati sendiri kasusnya, barulah saya mengakui memang lemahnya pengawasan menjadi point penting yang perlu dibenahi. Siapa yang mengawasi? ya salah satunya kita-kita ini, kritis terhadap issue korupsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar