Selasa, 03 September 2013

Persoalan Sampah di Wedding Atiqah dan Rio Dewanto

Pepatah mengatakan “karena nila setitik, rusak susu sebelanga” nampaknya tepat ditujukan pada pasangan pengantin yang sedang berbahagia, si cantik Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto, bagaimana tidak, acara pernikahan yang tergolong unik dan kreative berbuntut panjang ‘hanya’ gara-gara sampah sisa acara yang terlambat dibersihkan.

Pernikahan keduanya dilakukan di  Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (24/8/2013), dihadiri 350 undangan, Atiqah terlihat cantik mengenakan gaun merah menyapu lantai rancangan Anne Avantie. Sementara Rio tampak gagah dengan gaya vintage-nya, dibalut kemeja putih, setelan jas abu-abu, dan dasi kupu-kupu merah yang menyesuaikan gaun sang istri, pernikahan mereka didukung oleh banyak pihak, termasuk Pemda DKI Jakarta

Sumber : Detik Foto

Kolaborasi yang pas sekali untuk mempromosikan Kepulauan Seribu nan eksotis, namun jika tidak hati-hati bisa jadi bencana bagi kedua belah pihak. Baik pasangan pengantin, Wedding Organizer dan Pemda DKI Jakarta tentunya mengharapkan kegiatan ini menjadi momentum yang pas guna menarik lebih banyak lagi orang yang mengenal Pulau Kelor, berkunjung, dan bisa juga memanfaatkan sebagai tempat menikah seperti yang dilakukan pasangan selebritis ini, bagi WO bisa jadi prestasi tersendiri. Pokoknya kerenlah menurut saya idenya..

Selang beberapa hari setelah acara pernikahan muncul kicauan dari akun @erichotma yang pada intinya meminta kedua pasangan pengantin baru ini bertanggung jawab dan membersihkan sisa-sisa pesta. Sontak jagat maya langsung riuh memberitakan mengenai ‘aib’ ini. Bahkan boleh dikatakan berita tentang ‘sampah’ menutup berita kemeriahan pestanya itu sendiri, sungguh disayangkan. Apakah ini publikasi yang diinginkan? Mungkin rating pemberitaan Pulau Kelor, Pernikahan Atiqah, boleh naik drastis, tapi sayangnnya bukan berita manis seperti  yang diharapkan justru sebaliknya.
Sumber : Detik 

Image positive yang sudah dibangun mendadak luntur karena kicauan sebuah akun di sosial media. Banyak pihak yang menjadi tidak simpati. Apalagi setelah melihat pembelaan pihak Atiqah Hasiholan.  
Akun @erichotma

Melalui akun Twitternya, @atiqahhasiholan, Atiqah akhirnya angkat bicara, "Terima kasih atas semua informasinya, karena satu dan lain hal, dinas kebersihan DKI mengalami keterlambatan saat melakukan pembersihan sampah pulau Kelor. Jadi tetap dukung alam, wisata dan kebudayaan Indonesia!"

"Oke, tentang kebersihan memang ada satu hal yang miss dari Dinas Kebersihan. Tapi semoga niat kami dan PEMDA untuk promosi pulau Kelor tetap berjalan! Hidup = belajar. Dari awal WO sudah membuat perjanjian dengan Dinas Kebersihan pada H-3 s/d H+1 untuk pembenahan pulau Kelor," lanjut Atikah (sumber : http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/dituduh-kotori-pulau-kelor-atiqah-hasiholan-angkat-bicara-8e0e1d.html)

Sangat disayangkan pernyataan pembelaan tidak dibarengi dengan PERMINTAAN MAAF. Mungkin terbawa emosi atas kicauan akun Eric, jadi lupa minta maaf, padahal ini adalah kata paling mujarab menawar rasa kekecewaan khalayak. Pembelaan diatas cenderung menyudutkan salah satu pihak dalam hal ini Dinas Kebersihan. Hohohoho....buat saya ini double mistake yang dilakukan seorang public figure seperti Atiqah. Bagaimana tidak, sudah disponsori malah cuci tangan plus beli kambing hitam. Walaupun kondisi tersebut benar adanya, dimana katanya sudah ada kesepakatan antara WO dan Pemda mengenai kegiatan bersih-bersih,  alangkah tidak bijaksananya seorang Atiqah melontarkan pernyataan pembelaan seperti ini.  

Lain lagi dengan bundanya – Ratna Sarumpaet yang melemparkan pernyataan senada, katanya ia tidak mau terlalu memikirkan masalah tersebut. Dirinya yakin semua akan selesai dengan segala penjelasan. "Ya, saya sih sedih aja tapi ngapain dipikirin. Itu kan kerjaan mereka (Pemda). Pemerintah kita itu kan harus diubrek-ubrek. Menurut saya, Pemdanya itu lalai. Itu bukan tanggung jawab kami lagi. Ini teguran untuk mereka. Kalau sudah punya komitmen, ya harus dikerjakan dong," paparnya.

Ouch....bagaimana bisa dia bilang itu bukan tanggung jawabnya lagi, itu seperti orang bab tapi tidak disiram dan baunya masih kemana-mana, lalu gak pernah merasa bersalah karena sudah ada pembantu yang ditugasi membersihkannya. Disini tidak melulu tentang uang, seberapa banyak biaya yang sudah dikeluarkan, disini tentang bagaimana kepedulian lingkungan diresapi bersama oleh kita. Lebih jauh lagi, ini tentang bagaimana tentang seorang sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan, mau mengakuinya dan meminta maaf.

Perlu disadari pasangan pengantin terutama dalam hal ini nyonya yang memberikan pernyataan pembelaan, bahwa pesta ini adalah PESTA PERKAWINAN ATIQAH HASIHOLAN DAN RIO DEWANTO, yang menyisakan sampah...itulah yang akan diingat orang kelak, paling tidak saat issue ini bergulir orang yang paling dicari adalah mereka berdua, bukan WO, bukan pula Dinas Kebersihan. Katakanlah kegagalan dalam urusan sampah ini memang tanggung jawab Dinas Kebersihan, tapi kembali lagi...ini adalah PESTA PERKAWINAN ATIQAH HASIHOLAN DAN RIO DEWANTO. Disinilah peranan stakeholder bermain. Kita harus dapat memahami bahwa sebuah image, citra dan reputasi tidak bisa berdiri sendiri, ia bagaikan impian yang dibangun diatas banyak pondasi yang dilandasi oleh GOOD WILL. Dasar pemikiran seperti ini harus difahami oleh setiap orang yang berniat memiliki reputasi yang baik. Tidak mudah membangun sebuah reputasi yang baik namun sebaliknya sangat mudah menghancurkanya. Inilah mengapa kejadian ‘sepele’ tentang sampah ini sangat disayangkan sekali.

Apakah kejadian riuh di sosial media ini sudah termasuk krisis? Ya. Ibarat nasi sudah menjadi bubur, tinggal bagaimana kita membumbui bubur tersebut menjadi makanan yang enak. Mengamati jawaban pembelaan-pembelaan baik Atiqah maupun Ibundanya, Ratna Sarumpaet, saya merasa sangat prihatin. Mungkin strategi pihak Atiqah adalah tidak perlu terlalu menanggapi permasalahan tentang sampah yang dianggap nyampah  oleh akun kurang terkenal (di twitter Eric hanya mempunyai 273 follower – 3/9/2013) melawan akun seorang public figure, gak penting gitu kali ya pikir mereka. Ayolah...memangnya kita tahu siapa itu @triomacan2000 yang sering membeberkan banyak persoalan kontroversial? Masyarakat cenderung tidak langsung peduli terhadap siapa penyebar infonya tapi lebih peduli terhadap content issue yang disebarkan, dan media suka berita yang seperti ini. Berita buruk adalah berita baik untuk media, diakui atau tidak.

Tidak perlu menanggapi berlebihan memang pilihan yang baik namun menanggapi secara tidak professional juga bukan jalan terbaik. Dalam buku Public Relations, Profesi dan Praktek (Mc Graw Hill, edisi 3 hal 437) dikatakan bahwa ada beberapa petunjuk yang bisa kita gunakan dalam menghadapi krisis :

  1. Perhatikan kepentingan publik terlebih dahulu. Dalam kasus sampah pesta Atiqah Rio Dewanto, ada publik yang sangat perduli terhadap lingkungan seperti pemilik akun Eric, dan perlu disadari Eric hanya segelintir penggiat lingkungan yang prihatin terhadap masalah sampah ini. Artinya masih banyak pihak yang peduli terhadap masalah lingkungan bahkan Atiqah sendiri bukankah penggiat lingkungan ? ironis bukan.
  2. Bertanggung jawab memperbaiki keadaan. Urusan pemberesan sampah sudah dilakukan sejalan dengan kesepakatan dan sayangnnya setelah terjadi keriuhan di dunia maya.
  3. Sebisa mungkin bersikap terbuka. Banyak akun yang mencoba membela pasangan Atiqah dengan mengatakan bahwa akun Eric hanya ingin cari sensasi, numpang tenar, kenapa gak langsung mantion ke orang yang bersangkutan, malah justru menyebarkan issue negatif. Suka atau tidak, nasi sudah menjadi bubur, ini adalah resiko sebuah perhelatan event yang tidak ada perencananaan krisisnya. Bersikap terbuka bukan berarti harus defensif, mencari pembenaran dengan menyalahkan kesana kemari, sangat tidak simpatik.
  4. Menunjuk seorang jubir. Dalam hal ini saya ingin bertanya, kemana WO nya ???
  5. Membuat pusat media dan informasi. Aplikasi dalam hal ini, akun pribadi Atiqah, tapi please berikan keterengan yang dapat menyelamatkan reputasimu cantik.  Semakin defensif, semakin mencari pembenaran, semakin jauh simpatik.
  6. Merespon semua pertanyaan. Dari beberapa respon yang diberikan terakhir-terakhir terlihat jelas si cantik Atiqah sudah kelelahan menanggapi tudingan-tudingan yang menyudutkannya. Terlihat dari jawabannya seperti "penjelasan sdh cukup jelas di berita OL ya @erichotma", atau spt dibawah:
  7. Jangan berspekulasi. Ibarat gunung es, kita sering tidak sadar betapa banyak pihak yang tidak setuju dengan tindakan kita. Jadi sebaiknya berhati-hatilah dalam memberikan statement.

Dalam kasus ini kita belajar betapa pentingnnya pengelolaan citra yang baik, tidak hanya oleh stakeholder utama melainkan melalui keseluruhan kompenen yang bermain di dalamnya. Rusak satu kompenan maka komponen lainnya harus mampu memperbaikinya, menutupinya sehingga dapat diraih tujuan yang diinginkan bersama, pernikahan paling berkesan, popularitas Pulau Kelor, WO yang professional.



2 komentar:

  1. lumayan juga ya sampah yang dihasilkan dari acara itu

    BalasHapus
  2. nice
    wah lumayan juga sampah nya tuh :)
    kunjugi juga www.RnyInside.blogspot.com jangan lupa join juga ya :)

    BalasHapus