Gara-gara membahas tentang keteledoran sampah yang tidak
dibersihkan berhari-hari diacara pernikahan Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto
saya tergelitik bercerita tentang keistimewaan sebuah event.
Belajar dari prinsip memanfaatkan momentum seperti pernikahan
Atiqah dan Rio yang diselenggarakan dengan cara sedemikian unik dan berbeda,
sehingga bisa menyisakan kenangan tersendiri bukan hanya bagi pasangan yang
menikah tapi juga bagi para undangan atau bahkan khalayak luas sekalipun –
terlepas dari persoalaan sampah ya tentunya.
Sumber : Detik Foto |
Pernah saya mendengar cerita dari Dosen PR saya, beliau
pernah diundang menghadiri 2 pernikahan, yang satu dilakukan di hotel
berbintang di pulau Bali, mewah wah wah...fasilitas lengkap untuk undangan
seperti ticket pesawat dan hotel dibayarin. Yang satu lagi diselenggarakan
dengan tema yang tergolong unik. Pasangan yang ke 2 ini memilih tema
“Demo”...bukan tanpa alasan, kebetulan yang menikah ini pasangan aktivis yang
seneng turun kejalan untuk menyuarakan aspirasinya – ato kerjaan..hahahah gak
tau jugalah kalau tentang hal ini. Intinya pas di acara kawinannya, pelaminan
dihias dengan spanduk-spanduk khas demo – entah ini sisa-sisa demo ato emang
sengaja dibuat, gak lupa alunan lagunya juga yang bertema demo-demo gitu, kalau
gak salah undangan juga diajak yel-yel ala ala demo hahaha...intinya sich
mereka ngirit budget, tapi BERKESAN...setidaknya begitu deh yang dosen saya
ingat waktu cerita. Beliau bilang, yang di Bali itu tuch kalah berkesan dengan
yang ngirit budget ini.
Prinsip ini juga yang selalu saya pegang dan ingat, suatu
event itu gak harus hight budget untuk menjadi bagus dan berkesan, tapi
bagaimana kreatifitas kita sebagai penyelenggaranya membuatnya demikian.
Kalau dipikir-pikir ya, Pulau Kelor kan terbilang
horor ...hahaha..ka ta nya...tapi justu
bisa jadi nilai tambah dan daya tarik tersendiri. Kata siapa pernikahan harus
di Bali...aaaah dah biasa itu, basi lah. Kalau ada Pulau Kelor ngapain
jauh-jauh ke Bali gitu kan,....apalagi ni pulau katanya 45 thn ke depan klu gak
di rawat bakalan tenggelam karena abrasi.
Sumber foto : Google |
Pernah ya, satu kali saat seorang rekan kantor
kebingungan nyari lokasi atau tepatnya hotel – seperti tahun-tahun sebelumnya,
katanya hotel-hotel lagi penuh nich untuk sewa lokasi penyelenggaraan RUPSLB, biasalah
kalau dah deket-deket batas akhir penyelenggaraan emang suka gitu. Dengan
enteng saya bilang, tuch bikin aja di CANDRA NAYA. Candra Naya adalah sebuah
bangunan cagar budaya di daerah jalan Gajah Mada, Jakarta, yang merupakan bekas
rumah Khouw Kim An, mayor Tionghoa (Majoor de Chineezen) bangunan seluas 2,4
hektar ini memiliki arsitektur Tionghoa yang khas dan merupakan satu-satunya
rumah Mayor Cina yang masih berdiri di Jakarta. (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Candra_Naya)
Tanggapannya ?...hahaha paitlah pokoke. Menurutnya seperti ide gila kali ya ngebayangin
RUPSLB yang penuh orang-orang berdasi itu duduk di dalam bangunan tua instead
of hotel berbintang. Mungkin maksudnya gak mencerminkan corporate banget gitu
ya yang seharusnya mewah, jadi orang akan berfikir perusahaan ini sehat.
Well....saya punya pemikiran sendiri untuk hal ini. Menurut saya, adalah suatu
hal yang unik, berbeda, dan bernilai positif bahwa ternyata ada sebuah
perusahaan, yang memiliki keterkaitan baik secara langsung atau tidak pada
cagar budaya ini. Lagi pula trend peduli lingkungan ini kan yang sedang
digiatkan oleh Pemda DKI, tengok
saja tuch acara pelantikan pejabat beberapa waktu lalu di Setu Babakan. Jadi
seperti satu kali mendayung dua tiga pulau terlampaui, event jalan, image
dapet, goverment relation juga dapat.
Ini hanya masalah dekorasi. Ada yang sudah pernah ke Candra Naya? eksotis banget, tempatnya adeeeemmmm.....dikelilingi gedung bertingkat, depan kanannya Hotel Novotel, belakangnnya gedung perkantoran samping kiri entah gedung apa yang jelas ada 7-Eleven tuch disitu. Kebayang gak tuch enaknya ngopi sambil memandangi bangunan Candra Nanya lalu imaginasi mendadak melayang, melihat orang bertopi ala jaman belanda dan sepeda ontelnya berseliweran di depan rumah sang mayor.....wait wait...balik tentang event. Saya ngebayangin kalau acaranya RUPS ya, tinggal disulap aja jadi sedikit lebih formal, dengan bangku-bangku disusun gaya theater, tambahin sedikit standing banner tentang perusahaan, spanduk RUPS...kopi breaknya ? tinggal ngambil di Sevel ....keren kan..seperti memadukan 2 jaman yang berbeda. Katanya sich bangunan Candra Naya biasa dipergunakan untuk acara kawinan juga, terakhir dengarnya disini diselenggarakan acara menyambut Ultah Jakarta 485.