Rabu, 01 Februari 2012

Balada Tukang Tambal Ban dan Penebar Ranjau Paku

Dinamika kehidupan di Jakarta tuch ada-ada aja ya, saya banyak sekali mengalami hal tidak terduga. Salah satunya seperti saya alami tadi malam, untuk kedua kalinya dapat kesempatan lebih dekat berkenalan dengan tukang tambal ban motor di depan Shangrila Apartment, sebelahnya Shangrila Hotel. Entah sebuah kebetulan atau karena kesengajaan, paku berkarat bisa bersarang di ban sepeda motor saya. Herannya ini adalah kali kedua kami (saya dan suami) mengalami bocor ban motor di tempat yang persis sama dan masih dengan tukang tambal ban yang sama pula. 
Depan apartment Shangrila, tambal ban part 1

Pengen sich untuk berfikir husnuzon tapi kalau kondisinya perut laper, lelah, pengen cepat pulang, anak-anak nunggu, gerah, kok rasanya pikiran baik susah datang ya, adanya tuch pikiran negatif terus. Coba deh di pikir, seberapa besar persentase ada paku berkarat tercecer di depan sebuah hotel berbintang, yang jalanannya dilalui banyak orang setiap hari, padat dan macet. Tidak ada pembangunan apa-apa juga di dekat situ, bengkel furniture gak ada, toko bangunan gak ada, pemulung dengan gerobaknya susah lewat, gimana mau lewat, jalan kaki aja susah, yang ada pengendara motor udah geram duluan kalau ada gerombak yang menghalangi jalan mereka.

Buat saya motifnya gak lain dan gak bukan adalah KESENGAJAAN!. Gak bisa dipungkiri pemikiran ini juga hadir atas pemberitaan yang diangkat media tentang kejahatan ranjau paku yang marak di Jakarta belakangan ini. Kalau untuk daerah BNI 46 (pinggiran kali) kecil kemungkinan kesengajaan untuk perampokan karena daerah ini selalu ramai dengan pengendara, cenderung macet, pun kalau rampok mau beraksi paling pada midnight keatas, itupun sekalian kencan sama hantu kuburan karet Bivak, secara ya tempatnya tuch strategis banget buat bikin cerita horor. 

Jadi motif kesengajaan lainnya tinggal satu yaitu menjadi korban ‘pelanggan’ tambal ban. Memang kita tidak boleh mengeneralisir semua tukang tambal ban berbuat jahat untuk mendapatkan pemasukan yang lebih besar. Tapi seperti yang saya katakan tadi, tidak mudah untuk berfikir positif dalam kondisi ‘tertekan’....wakakak semua serba negatif aja jadinya.  Tapi bukan berarti berusaha untuk berfikir positif tidak bisa kita lakukan.....setidaknya untuk kebaikan diri kita sendiri.

Melihat kondisi suami yang sewot, gara-gara ini kali kedua kejadian serupa dia alami bersama saya. Dulu bahkan lebih parah, sedang buru-buru mau nonton pertandingan sepak bola di GBK, bener-bener pengalaman yang ‘gak banget’ – gak pengen diingat, gak pengen disebut, gak pengen lagi, pokeke gak baget deeehhhh.....Untuk mengimbangi situasi yang gak menguntungkan, saya memilih mengajak suami berfikir positif dengan membahas berbagai hal sampai temen lewat – katanya sich ampe dadah-dadah...., gak ngeliat #maaf ya jeng Mira.....

Suasana sudah mulai gelap, senja menjelang malam, satu-satunya yang bisa dilakukan saat si tukang tambal ban bekerja adalah mengobrol, ngobrolin apapun yang bisa diobrolin. Mulai dari cara ‘dr ban’ beraksi mengoperasikan peralatannya, rada aneh dan gak masuk hitungan wajar. Coba bayangkan, dimana-mana kalau pengen tau berapa banyak lubang di ban, biasanya digunakan cara merendam ban dalam air atau ban dikencangkan lalu ditandai lubang anginnya, kalau bapak yang satu ini kondisi ban kencang lalu dikempeskan lalu dia tandai lubangnnya. Hmmmm....kok aneh ya...emang bisa? Ada cara gampang ngapain dia pilih repot. Sekali dapat lubang 5,....hadooooo....gak salah tuch pak, jangan-jangan salah lagi nandainnya pake paku lainnya .....Coba Anda diposisi saya ya, apa yang Anda pikirkan? Lampu yang dia andalkan untuk bekerja cuma lampu jalanan, remang-remang udah kek di diskotek, usianya juga sudah gak muda lagi, gimana caranya bisa yakin banget gitu ya sama lubangnya ....hafal banget gitu posisinya hahaha.....Udah gitu dia gak punya ban baru, mendingan nambelin satu persatu ke 5 luban tsb. Aduuuuh pak…..nyamuk nich….
Ini dia biang kerokny, pengen di beliin Frame deh biar indah....

Ya sudahlah......perjalanan kami tergantung sama nich bapak, mau ngomong apalagi coba, ini namanya hukum rimba berlaku, siapapun yang lebih berkuasa dia yang akan menang, meskipun yang mengikuti tidak sepenuhnya ikhlas tapi toch tetap tidak akan berbuat apa-apa. Yang paling kami ingat dari bapak tambal ban ini, dia banyak ngomong!!. Maklum si bapak kan gak kenal istilah ‘talk less do more’…. Saking kebanyakan ngomong didalam hati kami khawatir ban yang dia tambal tidak bagus kualitas tambalannya, jangan-jangan gak nyampe rumah udah bocor lagi nich.....#ssst jangan diomongin nanti kejadian beneran loch.....hahaha.
Selama nunggu si bapak menyelesaikan pekerjaannya, kami melihat ada ibu-ibu yang bermurah hati ngasih nasi bungkus untuk si bapak sambil terus berlalu, mungkin karena faktor iba melihat bapak yang sudah tua tapi masih tetap rajin bekerja mencari nafkah. Saking asiknya ngobrol sampai kami berdua tidak sadar, tidak lama berselang seorang bapak dari mobil berteriak pada si bapak dan memberikan sejumlah uang. Kami berdua sampai heran, kok si bapak ngeh aja ya......si bapak tentu saja senang dan kembali berkoar-koar panjang lebar pada suami. Katanya dia sebenarnya sudah tidak diperbolehkan bekerja oleh kedua anaknya yang sudah sukses menjadi supervisor dan punya banyak anak buah, katanya dia kalau gak kerja badannya terasa sakit.....hmmmmm.....hmmmmm think think think.....do you believe that ? – mencoba untuk berdalih, mohon maaf dengan sangat saya tidak bisa percaya begitu saja. 

Logikanya saya begini, andai kata si bapak ini memang mempunyai sifat idealis, senang bekerja dan tidak ingin mengandalkan orang lain lalu kenapa dia dengan tidak malu-malu dan sungkan menerima para dermawan itu menyisihkan sebagian rejekinya? Biasanya sifat akan mengikuti seseorang pada aksi berikutnya yang menunjukan sifatnya atau dengan kata lain, sifat akan tercermin dari perbuatan seseorang. Kalau si bapak memang idealis, bukankah seharusnya dia sedikit merasa risi menerima belas kasihan orang lain. Apa yang dia utarakan tentang latar belakang keluarganya dengan apa yang dia jalani dan terjadi di depan mata saya, saya anggap kontradiktif, jadi saya tidak bisa menerima sepenuhnya apa yang dia ungkapkan adalah kebenaran bukan karangan. Saya malah berfikir apa yang dia ungkapkan adalah dalih atas perbuatan jahatnya menyebarkan ranjau paku. Jahat ya saya ......? tapi yah itu hanya sebatas pemikiran, menurut saya sah-sah saja berfikir seperti itu, berfikir adalah sebuah kreatifitas tanpa batas, hak seorang individu dan tidak ada yang bisa menghalanginya.

Sifat individual, sendiri-sendiri, skeptik, paranoid, dan berada pada golongan heavy viewer tidak dapat saya hindarkan selama hidup puluhan tahun di Jakarta. Beragam rangkaian berita kejahatan membuat kita menjadi lebih waspada dalam setiap tindakan yang kita ambil dalam kejadian disekitar kita.  Menjadi individu yang selalu berfikir negatif, defensive terhadap lingkungan yang asing bagi kita dan cenderung menjaga jarak. Anda mungkin tidak sadari tapi kalau sekali-kali ditelaah pasti akan ketemu jawabannya kenapa sampai bisa begitu.
Pernah gak mendadak di tengah jalan ada seorang bapak-bapak, segar bugar, dengan gendolan tas di punggungnnya tiba-tiba dengan akrabnya bertanya ‘dek, saya mau ke slipi, naik apa ya?’ setelah di kasih tau malah melanjutkan perbincangan ‘bapak sudah jalan jauh sepertinya nyasar habis ongkos…bla…bla…bla ‘ kenapa bla …bla…karena kita sendiri udah gak pengen nyimak uraian lengkapnya si bapak, gara-gara dipikiran kita udah kebayang, PENIPUAN nich…..Atau ada ibu-ibu ngelongsor di trotoar dengan jalanan yang dipadati pengendara seperti di depan kantor lurah Bendhil? Apa yang anda pikirkan ? berhenti sejenak, turun dari mobil atau motor, lalu menolong si ibu yang kebingungan? Atau cuek? …..hahahah…..gak usah dibahas…..

Well, setelah panjang lebar ngobrol dengan suami, menikmati lampu jalanan, debu bertebangan dan hampir 1 jam, 5 lubang sudah ditambal, perut mules, muka lengket, waktunya kita pulang namun tetap dengan perasaan gak yakin bakalan sampai rumah. Aaaaaandddd.....bam! tidak sampai 5 kilometer saat menyebrang rel kereta motor tiba-tiba oleng lagi....mati!!! bocor lagi.......hadooooooo bener kan apa yang ditakutkan terjadi. Baru juga separuh jalan......Gak kebayang deh keselnya suami, sampe dia bilang “makan deh tuch duit, gak ikhlas gw.....” – sambil nekuk mukanya ke motor .....hahahaha.....biasanya yang emosi gak stabil kalau dalam kondisi begini adalah saya tapi aneh, kali ini justru saya yang merasa baik-baik saja, salah satunya karena saya happy jadi punya bahan tulisan untuk mengisi blog ini wakakaka........
Dengan perut lapar dan muka sewotnya....

Untungnnya –udah jatuh tertiban tangga masih dibilang untung soale gak pake luka ......hahaha, gak jauh kita ketemu tukang tambal ban yang menyediakan ban baru, gak seperti bapak yang tadi, mau-maunya bela-belain nambal 5 lubang ketimbang modalin jual ban baru padahal kan anaknya supervisor gitu loch.....gak berapa menit urusan ganti ban baru selesai dan kita tancap gas pulang. 
Ganti ban, Part 2

Sungguh pengalaman biasa yang menjadi luar biasa buat saya, karena secara tidak langsung telah menjadi bagian dari berita yang sedang trend saat ini, ranjau paku dan relawan sapu bersih yang bertugas membersihkan ranjau paku dengan suka rela. Sayang nich gak ada wartawan TV yang melintas, kalau gak kan lumayan masuk tipi......bisa dadah-dadah dan kirim-kirim salam hahahha......

Tapi lebih jauh, sebenarnya kejadian ini membuat saya belajar bagaimana cara menyikapi setiap kejadian tidak mengenakan dengan terus menyuntikan hal positif kedalam pikiran kita hingga kita tidak terbawa ke hal yang lebih buruk lagi, penyakit hati, jauh rejeki, stress, sakit dst. Mendingan dibawa santai dan dinikmati aja, itu akan jauh lebih membantu. Percaya deh....good luck.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar