Jumat, 27 Januari 2012

Commuter Jabodetabek Kini


Lama tidak menggunakan jasa layanan kereta api listrik (KRL) di Jakarta hari ini saya berkesempatan sedikit bernostalgia dengan sarana transportasi andalan yang satu ini. Apa sich istilahnya sekarang? Commuter, ya...sejak beberap tahun terakhir pihak PT. KAI banyak menuai kecaman dan kritikan dari masyarakat terkait buruknya pelayanannya. Mungkin untuk mereka yang menggunakan jasa KRL setiap hari sepanjang hidupnya tidak akan begitu ngeh apa saja sich perubahan KRL dari segala segi, paling tidak sejak 10 tahun terakhir. 


Buat saya yang dulu pernah menikmati suka dukanya menggunakan KRL menuju tempat kerja saya setiap hari dari station Tebet menggunakan KRL economy menuju stasion Mangga Besar terlihat sekali perubahan yang signifikan. Hari ini saya naik dari stasiun Manggarai.  Saya perhatikan pintu masuk dijaga oleh 2 orang petugas karcis, sampai di area tunggu kereta yang mempunyai banyak jalur (sekitar 6 jalur atau lebih) tersedia cukup ruang dan bersih untuk kita menunggu, kalau dulu seingat saya stasiun ini jorok, penuh dengan pedagang asongan disana sini sehingga susah untuk penumpang duduk menunggu.
Untuk naik keatas kereta terkadang ada bagian lantai yang jauh lebih rendah dari pintu kereta, sekarang sudah disediakan semacam tangga – seperti tangga naik ke pesawat, kalau dulu disuruh mikir sendiri gimana caranya naik, mohon maaf bagi Anda yang pendek – termasuk saya, bakalan kesulitan setengah mati memikirkan caranya naik ke atas kereta. 

Sudut menarik lain adalah rambu-rambu yang dipasang semakin banyak sehingga memperjelas buat Anda yang bingung dengan banyaknya jalur seperti di manggarai. Misalnya, terdapat rambu batas kereta berhenti, rambu jalur – misalnya jalur 5, yang menuju stasiun mana saja. Disetiap tempat penyeberangan menuju jalur juga di jaga setidaknya 2 orang petugas, mereka tidak hanya tempat bertanya bagi yang masih bingung tapi yang terpenting mereka menjaga dan selalu memperingatkan mereka yang mungkin saja lengah saat ingin menyebarang padahal ada kereta yang akan melintas. Hal ini tentunya memberikan rasa aman dan nyaman bagi calon penumpang kereta. 

Masuk ke dalam kereta, saya benar-benar merasakan hal yang baru. Tempat duduk yang dulu keras terbuat dari plastik dan sebagian bolong-bolong sekarang berganti dengan semi sofa. Disedikan pula tempat untuk berpegangan bagi mereka yang tidak kedapatan tempat duduk. Disetiap pintu disediakan informasi mengenai jalur KRL seluruh Jabodetabek. Pintu yang dulu dibiarkan terbuka (untuk kelas economy) sekarang selalu tertutup sehabis menaikan dan menurunkan penumpang disetiap stasiun. Didalam gerbong juga bersih, tidak ada lagi pedagang asongan yang mondar mandir, jendela tertutup rapat, tidak ada satupun yang terbuka, ventilasi cukup, juga terdapat poster-poster iklan dari beberapa produk minuman dan beberapa dari department pertanian yang menghibau masyarakat untuk lebih memilih buah segar. Ada juga gerbong khusus wanita. Dan paling menarik adalah, ada suara yang menginformasikan setiap stasiun yang disinggahi, jadi benar-benar mirip dengan fasilitas yang ada di bus Transjakarta. Benar-benar mirip...bahkan bisa saya bilang contekannya. Awalnya saya sempat berfikir saya salah naik kereta, janga-jangan saya naik express bukan kelas economy. Heibat! Senang dengan perubahan yang begitu signifikan. 


Satu hal yang ingin menjadi masukan dari saya adalah, di kasir pembelian tiket ada lampu informasi harga tiket yang kita beli, seperti layaknya di pintu parkir. Jadi kalau konsumen tidak bisa mendengar dengan jelas berapa harga tiket yang harus dibayar, setidaknya dia bisa melihat dari monitor harga yang tersedia.


2 komentar:

  1. commuter itu bukan ekonomi, yang ekonomi tetap dengan pintu yang terbuka

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh beda toch....jd yang economy pintu terbuka msh ada ?

      Hapus