Lama tidak menggunakan jasa layanan kereta api
listrik (KRL) di Jakarta hari ini saya berkesempatan sedikit bernostalgia
dengan sarana transportasi andalan yang satu ini. Apa sich istilahnya sekarang?
Commuter, ya...sejak beberap tahun terakhir pihak PT. KAI banyak menuai kecaman
dan kritikan dari masyarakat terkait buruknya pelayanannya. Mungkin untuk
mereka yang menggunakan jasa KRL setiap hari sepanjang hidupnya tidak akan
begitu ngeh apa saja sich perubahan KRL dari segala segi, paling tidak sejak 10
tahun terakhir.
Buat saya yang dulu pernah menikmati suka
dukanya menggunakan KRL menuju tempat kerja saya setiap hari dari station Tebet
menggunakan KRL economy menuju stasion Mangga Besar terlihat sekali perubahan
yang signifikan. Hari ini saya naik dari stasiun Manggarai. Saya perhatikan pintu masuk dijaga oleh 2
orang petugas karcis, sampai di area tunggu kereta yang mempunyai banyak jalur
(sekitar 6 jalur atau lebih) tersedia cukup ruang dan bersih untuk kita
menunggu, kalau dulu seingat saya stasiun ini jorok, penuh dengan pedagang
asongan disana sini sehingga susah untuk penumpang duduk menunggu.
Untuk naik keatas kereta terkadang ada bagian
lantai yang jauh lebih rendah dari pintu kereta, sekarang sudah disediakan
semacam tangga – seperti tangga naik ke pesawat, kalau dulu disuruh mikir
sendiri gimana caranya naik, mohon maaf bagi Anda yang pendek – termasuk saya,
bakalan kesulitan setengah mati memikirkan caranya naik ke atas kereta.
Sudut menarik lain adalah rambu-rambu yang
dipasang semakin banyak sehingga memperjelas buat Anda yang bingung dengan
banyaknya jalur seperti di manggarai. Misalnya, terdapat rambu batas kereta
berhenti, rambu jalur – misalnya jalur 5, yang menuju stasiun mana saja.
Disetiap tempat penyeberangan menuju jalur juga di jaga setidaknya 2 orang
petugas, mereka tidak hanya tempat bertanya bagi yang masih bingung tapi yang
terpenting mereka menjaga dan selalu memperingatkan mereka yang mungkin saja
lengah saat ingin menyebarang padahal ada kereta yang akan melintas. Hal ini tentunya
memberikan rasa aman dan nyaman bagi calon penumpang kereta.
Masuk ke dalam kereta, saya benar-benar
merasakan hal yang baru. Tempat duduk yang dulu keras terbuat dari plastik dan
sebagian bolong-bolong sekarang berganti dengan semi sofa. Disedikan pula
tempat untuk berpegangan bagi mereka yang tidak kedapatan tempat duduk.
Disetiap pintu disediakan informasi mengenai jalur KRL seluruh Jabodetabek.
Pintu yang dulu dibiarkan terbuka (untuk kelas economy) sekarang selalu
tertutup sehabis menaikan dan menurunkan penumpang disetiap stasiun. Didalam
gerbong juga bersih, tidak ada lagi pedagang asongan yang mondar mandir,
jendela tertutup rapat, tidak ada satupun yang terbuka, ventilasi cukup, juga
terdapat poster-poster iklan dari beberapa produk minuman dan beberapa dari
department pertanian yang menghibau masyarakat untuk lebih memilih buah segar.
Ada juga gerbong khusus wanita. Dan paling menarik adalah, ada suara yang
menginformasikan setiap stasiun yang disinggahi, jadi benar-benar mirip dengan
fasilitas yang ada di bus Transjakarta. Benar-benar mirip...bahkan bisa saya
bilang contekannya. Awalnya saya sempat berfikir saya salah naik kereta,
janga-jangan saya naik express bukan kelas economy. Heibat! Senang dengan
perubahan yang begitu signifikan.
Satu hal yang ingin menjadi masukan dari saya
adalah, di kasir pembelian tiket ada lampu informasi harga tiket yang kita
beli, seperti layaknya di pintu parkir. Jadi kalau konsumen tidak bisa
mendengar dengan jelas berapa harga tiket yang harus dibayar, setidaknya dia
bisa melihat dari monitor harga yang tersedia.
commuter itu bukan ekonomi, yang ekonomi tetap dengan pintu yang terbuka
BalasHapusoh beda toch....jd yang economy pintu terbuka msh ada ?
Hapus