Jumat, 27 Januari 2012

Mistisnya Kehidupan di Jakarta


Hidup di kota metropolitan seperti Jakarta bukan berarti hal berbau mistis dan ajaib semerta-merta hilang. Terbukti dengan fenomena film-film bergenre horor yang diproduksi terus menerus selama beberapa tahun terakhir. Walaupun banyak kalangan yang bosan dan mengolok-olok ketidakbermutuan film horor di Indonesia toch sampai saat ini masih di produksi. Berdasarkan prinsip dagang, ada barang karena ada permintaan, itu artinya masih adanya film bergenre horor bukan tanpa sebab, pasti para produser film jenis ini masih menganggap masih ada peluang untuk segmen film horor. Ini merupakan salah satu contoh budaya populer yang terjadi dalam masyarakat kita. 

Bukan hanya penonton dan pengusaha film bergenre horor yang menuai dampak positif negatif tapi pemain juga kena imbas yang terbilang aneh. Sebut saja Julia Perez atau Jupe sapaan akrabnya, menggelar ritual yang biasa dilakukan oleh legenda artis horor Indonesia, siapa lagi kalau bukan Suzana yang meninggal beberapa tahun lalu. Jupe konon melakukan 9 ritual yang biasa dilakukan Suzanna, Jupe juga mengaku mendapat semacam wangsit menjadi titisan Nyi Roro Kidul. Haduuuuh.....Jupe, speechless deh sama tingkah lakunya. Boleh-boleh aja sich narsis menurut saya tapi jangan keterlaluan. Ibu dan pacarnyapun dikabarkan tidak setuju dengan ulah Jupe ini. Segala sesuatu memang selalu ada pro dan kontra, dan saya termasuk yang kontra. Tapi dibalik sederet alasan kenapa saya kontra, saya berfikir, apa sich ‘agenda setting’ Jupe dibalik ini semua? Bayangkan jika Anda adalah Jupe? Apa kira-kira yang menjadi motif Anda melakukan ritual boten-boten itu? Yang Anda tau akan menuai kritikan. POPULARITAS!. Ya, sudah bukan hal memalukan buat artis Indonesia mempersoleh kepopeleran melalui sesuatu yang sensasional.  

Lalu apa pengaruh buat saya pribadi tentang hal-hal mistis. Saya sadar tinggal di Indonesia nan penuh dengan budaya mistis yang diwariskan dari jaman nenek moyang membuat saya sering mengaitkan sesuatu yang ‘biasa’ menjadi ‘luar biasa’. Salah satunya adalah setiap pulang kantor saya selalu melalui sebuah jalan, disana terdapat tukang jajanan seperti tukang nasi goreng, bakmi, tukang martabak dan paling lama berjualan (senior) adalah pecel lele. Sadar gak sadar saya memperhatikan tukang jajanan disana yang silih berganti tapi hanya tukang pecel lele yang anteng berdagang sampai hari ini dan ujung-ujungnnya menjadi ‘solo’. Tidak ada saingan, pelanggan tambah, yang tadi mungkin mencari tukang nasi goreng karena gak ada jadi daripada cari-cari lagi mendingan jajan apa yang ada aja. Kenapa saya bisa mengatakan demikian, karena itu terjadi dengan saya pribadi. Meskipun tergolong new comers, nasi goreng disini tergolong enak buat lidah saya dan suami, namun sejak seminggu ini sang tukang nasi goreng tidak pernah keliatan batang hidungnnya. Awalnya saya berfikir, mungkin lagi off setiap senin, ternyata selasa, rabu, kamis , jumat eh teruuuus kok gak pernah nongol lagi? Padahal kalau saya perhatikan pelanggannya sudah bertambah banyak kian hari. Suatu hal yang sangat sangat aneh buat saya dan suami, kamipun mulai menganalisis,  seorang pedagang yang mulai memiliki banyak pelanggan mendadak berhenti berjualan...hmmmm ada apakah gerangan?. Tapi tak ingin berlama-lama berfikir negatif, mungkin saja kan sang tukang nasi goreng sedang ada urusan keluarganya yang sakit atau malah mungkin dia yang sakit? Loch kok sakit? Kenapa ? kan dia masih muda, segar bugar? Jangan-jangan...ow ow...kembali lagi positif menjadi negatif. 

Yah itulah kehiduapan di Jakarta, meskipun sudha dikatakan kota metropolitan tapi hal ‘kampungan’ tidak pernah bisa dilepaskan. Menarik bukan.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar